Tersangka Penembak Donald Trump Sakit Mental dan Kerja Sendiri, Nol Komplotan dan Motif?
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional
PIKIRAN RAKYAT - Penemuan FBI sementara, tersangka pria bersenjata yang menembak Donald Trump pada Sabtu, 13 Juli 2024, bertindak sendirian alias tak punya komplotan ataupun diperintah seseorang.
Menggunakan senapan jenis AR yang dibeli secara legal, tersangka, Thomas Matthew Crooks (20) melesatkan peluru ke arah mantan Presiden AS tersebut. Pejabat FBI juga menjelaskan, ditemukan adanya indikasi masalah kesehatan mental pada pelaku.
Penyelidikan masih dalam tahap awal, sehingga masih banyak yang menjadi misteri. Salah satunya, kata FBI, pihaknya saat ini sedang berupaya mengidentifikasi ideologi tersangka dan motif di balik penembakan kemarin.
Setelah sebutir peluru mengenai telinga kanan pemimpin Partai Republik Donald Trump, agen Dinas Rahasia AS bertindak cepat dan menetralisir si pembunuh. Dalam insiden ini ada satu orang dari antara penonton yang tewas serta dua lainnya luka-luka.
FBI mengatakan, mereka sedang menyelidiki insiden tersebut sebagai potensi aksi terorisme domestik.
Masih dilansir dari keterangan FBI, Crooks diketahui memiliki bahan pembuat bom di dalam mobil yang dia kendarai sendirian ke rapat umum di lokasi kejadian. Ia juga dilaporkan bertindak sendirian.
Menurut pihak berwenang, senapan jenis AR yang digunakan tersangka dibeli oleh ayahnya, dan penyelidik mengatakan mereka belum mengetahui apakah dia mengambil senjata tersebut dengan atau tanpa izin ayahnya.
Crooks tampak mengenakan T-shirt dari Demolition Ranch, saluran YouTube populer yang secara teratur mengunggah video pencipta senjata itu menembakkan pistol dan senapan serbu ke sasaran boneka manusia.
Meskipun penyelidik mengatakan bahwa tersangka belum menemukan kecenderungan politiknya, catatan menunjukkan bahwa dia terdaftar sebagai anggota Partai Republik yang merupakan partai di mana Trump dinaungi.
Kronologi Kejadian
Awalnya, Donald Trump sedang berada di belakang podium di atas panggung luar ruangan. Setelah enam menit berpidato, terdengar suara 'pop' seperti tembakan.
Donald Trump langsung menghentikan pidatonya yang saat itu sedang membahas soal migrasi ilegal. Darah mulai mengalir dari telinganya.
Agen dinas rahasia segera berlari ke atas panggung dan mengelilingi Donald Trump yang tergeletak di belakang podium. Petugas penegak hukum bersenjata senapan juga naik ke atas panggung.
Pelaku penembakan tewas di tempat. Selain itu, satu peserta kampanye meninggal dunia dan dua lainnya mengalami luka kritis.***
Sentimen: negatif (96.6%)