PIKIRAN RAKYAT - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menyalahkan Hamas atas genosida di Gaza yang juga belum selesai. Bukan hanya Israel Penjajah dan Amerika Serikat (AS), menurutnya Hamas juga harus bertanggung jawab atas berlanjutnya perang di Gaza.

Mulanya, Abbas mengutuk serangan yang menewaskan puluhan orang di sejumlah wilayah di Jalur Gaza kemarin. Kemudian, ia mengalamatkan beban kesalahan itu kepada kelompok Hamas.

Komentar tersebut menandakan adanya peningkatan ketegangan antara faksi Fatah yang dipimpin Abbas dengan kelompok Islam Hamas.

Terkait serangan Al-Mawasi, Israel mengatakan, serangan ditujukan untuk membunuh panglima militer Hamas Mohammad Deif dan ajudannya. Masih belum jelas apakah Deif atau wakilnya tewas dalam serangan yang menewaskan sedikitnya 90 warga Palestina dan melukai 300 lainnya itu.

“Kepresidenan Palestina mengutuk pembantaian tersebut dan meminta pertanggungjawaban penuh pemerintah Israel, juga pemerintah AS yang memberikan segala macam dukungan terhadap penjajahan dan kejahatannya,” kata Abbas, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantornya, dikutip dari Reuters, Minggu, 14 Juli 2024.

Namun, Abbas yang pemerintahannya terpisah dari Hamas, dengan wilayah pimpinan hanya terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel, ikut menyalahkan Hamas.

Dia menegaskan bahwa serangan Hamas pada 7 Oktober 2024 di wilayah Israel lah yang memulai perang di Gaza selama sembilan bulan belakangan. Selain itu, bagi Abbas, sikap Hamas yang tidak mau bersatu dengan Israel juga memperburuk konflik ini.

“Kepresidenan melihat bahwa dengan (Hamas) melepaskan diri dari persatuan nasional, dan memberikan alasan bebas kepada negara pendudukan (untuk menyerang), gerakan Hamas adalah mitra dalam memikul tanggung jawab hukum, moral, dan politik atas kelanjutan perang genosida Israel di Jalur Gaza,” kata Abbas lagi.

Hamas telah menguasai Gaza sejak pengambilalihan wilayah pesisir tersebut pada tahun 2007 dari loyalis Abbas.

Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa pernyataan Abbas berarti Otoritas Palestina telah memilih untuk berada di pihak yang sama dengan penjajah.

“Sikap seperti itu tidak akan berhasil memeras atau menekan kelompok perlawanan (Hamas),” kata Abu Zuhri.

Upaya mediator Arab, yang dipimpin oleh Mesir, sejauh ini gagal mendamaikan perebutan kekuasaan antara kedua pihak.

Pemimpin Hamas lainnya, Basem Naim, yang ikut serta dalam perundingan rekonsiliasi sebelumnya dengan faksi Fatah pimpinan Abbas, justru mengatakan bahwa Abbas lah yang harus disalahkan atas kegagalan mencapai kesepakatan persatuan.

"Komentar Abbas menunjukkan dia dan otoritasnya bermitra dengan musuh Zionis dan kejahatannya tidak hanya berdampak di Gaza tetapi juga di seluruh tanah Palestina," ujarnya. ****