Harga Obat Mahal, Ketua IDI: Indonesia Harus Mandiri Riset dan Produksi Obat
Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, Beritasatu.com - Presiden Joko Widodo menyoroti harga obat di Indonesia yang kian mahal, bahkan mencapai lima kali lipat dari harga obat di luar negeri. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai perlu ada upaya masif dalam mengendalikan harga obat dan memperkuat industri farmasi nasional saat ini.
Ketua Pengurus Besar IDI Mohammad Adib Khumaidi menyampaikan, permasalahan tingginya harga obat di Indonesia terjadi akibat 90% bahan baku yang digunakan untuk pembuatan obat masih bergantung pada impor.
Oleh karena itu, Adib menilai, permintaan harus mendukung industri farmasi mencapai kemandirian invention atau penemuan bahan aktif dan pengalaman empiris, serta kemandirian production atau kemampuan produksi bahan baku dan obat jadi oleh industri dalam negeri.
"Jadi harus ada dua hal utama kalau kita bicara di dalam pengelolaan obat, kita tidak hanya bicara terkait dengan hilirisasi saja, tetapi juga kita melihat bahwa dalam satu sistem kefarmasian ini harus ada upaya kemandirian dalam dua hal, yaitu invention dan production," ungkap Adib, kepada Beritasatu.com, Minggu (14/7/2024).
Menurut Adib, dalam mencapai kemandirian invention, harus ada kebijakan komprehensif antara kementerian atau lembaga (K/L) yang bisa memastikan bahwa hasil riset dan penelitian dari lembaga penelitian maupun institusi pendidikan dapat disterilisasi dan dikomersialisasi.
"Artinya harus ada intervensi dari pemerintah mendorong anak-anak bangsa melalui institusi pendidikan, fakultas farmasi, fakultas kedokteran, fakultas kesehatan, yang kemudian mampu untuk membuat sebuah penelitian yang kemudian dilakukan proses sterilisasi dan komersialisasi oleh negara atau oleh pemerintah," katanya.
Kemudian, Adib menambahkan, dalam mencapai kemandirian production, pemerintah harus menyiapkan upaya jangka panjang dalam prosesnya produksi bahan baku obat dan obat jadi, yang dapat menghasilkan pengembalian invetasi (return on investment).
"Bicara short time, tentunya industri akan lebih menguntungkan daripada melakukan sebuah proses produksi dan mendorong untuk bahan baku, itu terlalu lama, makanya lebih pilih impor. Harus ada upaya negara untuk mendorong supaya kita bisa bicara long term. Bicara bahwa akan ada return of investment jangka panjang. Itu akan akan membawa kita dalam suatu upaya kemandirian," tuturnya.
Sentimen: positif (98.5%)