Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Jati, Semarang
Tokoh Terkait
Anggotanya Tendang Mobil Warga, Ketua Pemuda Pancasila Jateng Bilang Begini
Detik.com Jenis Media: Otomotif
Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Jawa Tengah, Bambang Eko Purnomo buka suara soal aksi 'anak buahnya' bernama Wisnu yang viral usai menendang mobil warga. Dia menegaskan, anggota PP seharusnya tak bersikap demikian.
Sebagai catatan, selain menendang mobil warga, Wisnu juga mengklaim dirinya merupakan Ketua PP Kabupaten Semarang. Padahal, menurut Bambang Eko Purnomo alias BEP, Wisnu hanya anggota biasa.
"Bukan ketua itu, ketuanya namanya Ali Imron. Saya malah baru tahu itu, (dia) anggota namanya Wisnu karena setiap pertemuan tingkat provinsi nggak pernah hadir kan," ujar BEP kepada detikJateng, dikutip Sabtu (13/7).
Viral pria arogan tendang mobil warga. Foto: Tangkapan layar Instagram.BEP memastikan, Wisnu sudah menyampaikan permohonan maaf secara terbuka. Dia juga hendak memang yang bersangkutan untuk dimintai sejumlah keterangan.
"Emang sudah klarifikasi tapi memang karena viral kan kita dapat masukan dari mana-mana untuk dipanggil. Saya panggil, kalau setelah saya panggil datang baru saya bisa informasikan lebih lanjut," jelasnya.
Dia mengatakan bahwa tak sepantasnya kader Pemuda Pancasila bersikap arogan. Menurutnya kader PP yang telah mengikuti pendidikan kaderisasi tak akan bersikap demikian.
"Kalau setahu saya anak-anak PP yang sudah dapat pendidikan diklat kaderisasi itu nggak seperti itu karena kita dijaga atitude kita, kita di jalan berhubungan dengan orang kan kita jaga betul karena menyangkut nama baik PP," ungkapnya.
[Gambas:Instagram]
KronologiSebelumnya, aksi arogan Wisnu viral setelah diunggah sejumlah akun media sosial, salah satunya akun Instagram @memomedsos. Pada tayangan amatir tersebut, Wisnu mulanya sedang berada di mobil bersama sosok yang diduga merupakan istrinya.
Dia kemudian turun dari mobil setelah berpapasan dengan kendaraan lain di jalur satu arah. Kesal karena jalannya terhalang, Wisnu menghampiri pengemudi mobil tersebut. Dia melakukan teguran dengan gaya arogan dan membawa-bawa jabatan atau kedudukannya.
"Kamu ini anak siapa? Kamu mau jadi jagoan?" ujar Wisnu kepada pengemudi lain yang mobilnya berpapasan dengannya.
"Bukan, ini kan jalan searah ke bawah. Kita mengikuti aturan saja. Kok Anda malah nanya wilayah siapa, siapa? Bukan wilayah siapa-siapa. Kan kita sama-sama orang Indonesia. Saya nggak masalah Anda lewat sini, cuma prioritaskan yang seharusnya," respons pengemudi lain tersebut.
Wisnu kemudian nampak geram, kemudian melancarkan tendangan keras ke arah kaca kendaraan. Bukan hanya itu, dia juga melakukan serangan ke arah perekam gambar sambil menyebut jabatan atau kedudukannya.
"Eh... Ini tu Ketua PP Kabupaten Semarang, ya. Lawyer ini, lawyer!" kata Wisnu dengan gaya arogan.
Hingga berita ini ditulis, tayangan singkat tersebut sudah mendapat 2.500 komentar lebih. Kebanyakan warganet menyayangkan aksi pria arogan itu yang 'menjual' jabatan untuk menyerang orang lain.
Kaca Mata Safety Driving
Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana membenarkan, pangkat atau jabatan tinggi masih menjadi 'senjata utama' pengemudi atau penumpang arogan untuk mengancam pihak lain. Padahal, ancaman tersebut belum tentu benar.
Sony menilai, pengemudi atau penumpang yang demikian biasanya pengecut dan bermental tempe. Jika memang benar dan berani, mereka tak akan berlindung di balik pangkat tinggi tersebut.
"Dari sisi mental, pribadi seperti ini biasanya berkarakter pengecut dan tempe. Sehingga, mereka kerap kali berlindung di balik hal tersebut untuk bisa lepas dari tanggung jawab. Bandingkan dengan pejabat beneran yang pasti lebih tidak ingin diketahui jati dirinya," ujar Sony Susmana kepada detikOto.
Sony juga bicara mengenai hukum yang mengatur soal penggunaan pangkat untuk mengancam pihak lain. Hingga kini, aturan tersebut belum ditegakkan secara tegas.
"Jadi jangan bawa-bawa pihak lain, latar belakang diri, pembenaran diri dan lain-lain yang mempertontonkan keangkuhan. Apalagi menonjolkan institusi negara," kata Sony.
(sfn/lth)
Sentimen: negatif (99.4%)