Sentimen
Negatif (99%)
8 Jun 2022 : 13.05
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Biak

Kasus: Demam berdarah dengue

Alasan Darurat DBD di Singapura Dikaitkan dengan Perubahan Iklim

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Tekno

8 Jun 2022 : 13.05
Jakarta, CNN Indonesia --

Darurat demam berdarah dengue (DBD) di Singapura saat ini dinilai sebagai dampak langsung dari prubahan iklim yang memicu pemanasan global.

"Singapura saat ini menghadapi situasi demam berdarah yang serius," menurut pernyataan Badan Lingkungan Nasional Singapura, kepada dikutip dari CNN.

Lembaga ini juga menambahkan bahwa faktor "cuaca hangat, hujan dan lembab baru-baru ini" menjadi penyumbang besar terhadap lonjakan kasus tersebut.

Diketahui, Singapura sudah menghabiskan puluhan juta dolar setiap tahun dalam usahanya menekan populasi nyamuk, seperti lewat pengasapan (fogging) di seluruh pulau, kampanye kesadaran publik, dan bahkan eksperimen baru menggunakan nyamuk hasil lab khusus.

Sejauh ini, negara yang luasnya beda tipis dengan Jakarta itu sudah memiliki lebih dari 11.000 kasus DBD, atau jauh melampaui angka total tahun lalu, yakni 5.258 kasus.

Para ahli pun memperingatkan bahwa kondisi serupa berpotensi menyebar ke luar Singapura, yang iklim tropisnya merupakan tempat berkembang biak alami nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus.

Faktor perubahan iklim global dituding jadi biangnya. Bagaimana bisa ini terjadi?

"Studi pemodelan prediktif masa lalu telah menunjukkan bahwa pemanasan global akibat perubahan iklim pada akhirnya akan memperluas wilayah geografis (di mana nyamuk berkembang biak) serta durasi musim penularan demam berdarah," kata Ruklanthi de Alwis, peneliti senior di Duke-NUS Medical School dan pakar penyakit menular baru.

Badan Meteorologi Singapura mengatakan Singapura memanas dua kali lebih cepat dari negara lainnya. Suhu harian maksimal pun diprediksi bisa mencapai 37 derajat Celcius pada 2100 jika emisi karbon terus meningkat

Suhu baru-baru ini mencapai rekor tertinggi 36,7 derajat Celcius pada Mei.

"Sepuluh tahun terakhir sangat hangat [cuacanya]. Kami sekarang mengalami sekitar 12 hari yang lebih hangat dan 12 malam yang lebih hangat [dibandingkan] 50 tahun yang lalu," tutur pakar cuaca dan iklim dari Universitas Ilmu Sosial Singapura Koh Tieh Yong.

Senada, pakar iklim dari College of Integrative Studies di Singapore Management University, Winston Chow, membuka kemungkinan kasus demam berdarah di Singapura kian parah karena tren cuaca ekstrem; panas yang berkepanjangan dan hujan deras yang datang tiba-tiba.

"Kami tidak akan bisa memberantas demam berdarah [karena] cuaca ekstrem yang konstan menciptakan kondisi perkembangbiakan yang sempurna bagi nyamuk," jelasnya, yang telah dua kali terjangkit demam berdarah itu.

Chow mengatakan yang harus dipertanyakan saat ini kebijakan macam apa yang diperlukan untuk membuat perubahan untuk memperlambat perubahan iklim dan mempersiapkan konsekuensinya, seperti ragam penyakit.

"Perubahan kondisi lingkungan memperbesar tingkat perkembangbiakan nyamuk sehingga kecuali keadaan darurat iklim membaik, akan menjadi lebih sulit untuk menghilangkan risiko demam berdarah sama sekali," jelasnya.

Hubungan suhu dengan perkembangan nyamuk di halaman berikutnya...

Sentimen: negatif (99.8%)