Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: New York, California
Kasus: Narkoba
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Pemilu AS Makin Panas, Partai Demokrat Minta Biden Mundur dari Pilpres
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Partai Demokrat di DPR AS kini mendesak Presiden Joe Biden untuk mundur dari pemilihan umum presiden (pilpres). Ini setidaknya disampaikan anggota parlemen Lloyd Doggett dari Texas, seraya menyebut keputusan itu "menyakitkan dan sulit".
Doggett adalah anggota parlemen Partai Demokrat pertama, yang secara resmi meminta petahana itu untuk mundur. Biden sendiri kini melawan mantan Presiden Donald Trump, calon dari Partai Republik.
Seruan tersebut secara signifikan meningkatkan tekanan terhadap Biden, 81 tahun. Keraguan muncul dari pemilihnya sendiri setelah performa buruknya melawan Trump dalam debat pekan lalu yang ditayangkan CNN International.
Ini memicu kepanikan di kalangan pendukung Demokrat. Pertanyaan muncul apakah ia mampu menang pada bulan November dan menjabat empat tahun lagi di Gedung Putih.
"Presiden Biden terus tertinggal jauh dari senator Demokrat di negara-negara bagian utama dan dalam sebagian besar jajak pendapat tertinggal dari Donald Trump," kata Doggett dalam siaran persnya dikutip CNBC International, Rabu (3/7/2024).
"Saya berharap perdebatan ini akan memberikan momentum untuk mengubah hal tersebut," tegasnya.
Ia mengatakan alih-alih meyakinkan para pemilih, Biden justru gagal mempertahankan banyak pencapaiannya. Pria 83 tahun itu, kata dia, juga gagal mengungkap banyak kebohongan Trump.
"Terlalu banyak risiko yang dipertaruhkan untuk kemenangan Trump," ujarnya,
"Risiko yang terlalu besar untuk berasumsi bahwa apa yang tidak dapat diubah dalam satu tahun, apa yang tidak dapat diubah dalam perdebatan, dapat diubah sekarang," tambahnya.
Ia juga memperingatkan ancaman yang akan ditimbulkan oleh kepemimpinan Trump, jika ia memimpin lagi. SebelumnyaTrump diketahui telah diberikan "kekebalan hukum" oleh Mahkamah Agung AS.
"Trump, yang baru saja diberi wewenang dengan kekebalan, dapat membawa Amerika ke era otoriter yang panjang, gelap, dan tidak terkendali baik oleh pengadilan atau Kongres Partai Republik yang patuh," kata Doggett dalam pernyataannya.
Menurutnya penting bagi Biden untuk mengikuti jejak mantan Presiden Lyndon Johnson. Di mana Johnson secara sukarela menolak untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.
"Dalam situasi yang sangat berbeda, [Johnson] membuat keputusan menyakitkan untuk mundur. Presiden Biden harus melakukan hal yang sama," kata Doggett.
"Keputusan saya untuk mengumumkan keberatan yang kuat ini bukanlah keputusan yang mudah dan juga tidak mengurangi rasa hormat saya terhadap semua yang telah dicapai Presiden Biden," ujarnya.
Hasil SurveiSementara itu, dalam jajak pendapat Morning Consult, 60% responden dari Partai Republik dan Demokrat mengatakan Biden harus digantikan oleh partainya pada pemilu bulan November. Sementara 11% lainnya tidak yakin.
Secara rinci, survei itu menunjukkan bahwa separuh Partai Demokrat (47%) menginginkan Biden keluar (resign) dari pencalonan, dibanding dengan independen (59%) dan dari Partai Republik )59%). Namun tidak ada pengganti jelas untuk Biden, meski Wakil Presiden Kamala Harris mendapat dukungan 30% dan Gubernur California Gavin Newsom memperoleh 20%.
Dalam jajak pendapat lain, YouGov misalnya, sebagian besar responden berpendapat Trump memenangkan debat tersebut. Di mana 30% anggota Partai Demokrat percaya bahwa orang lain selain Biden akan memberikan peluang terbaik bagi partai tersebut untuk menang pada bulan November.
Menurut jajak pendapat Data for Progress, sebagian besar pemilih menganggap Biden, yang akan berusia 82 tahun pada awal masa jabatan kedua, terlalu tua untuk mencalonkan diri lagi. Sebanyak 53% mengatakan mereka mengkhawatirkan usianya, serta kesehatan fisik dan mentalnya sedangkan 42% mengatakan mereka lebih mengkhawatirkan hukuman pidana Trump, persidangan lain yang akan datang, dan ancaman terhadap demokrasi.
Survei paling buruk bagi Biden di dapat dari pooling Korps Demokrasi terhadap pemilih yang condong ke Partai Demokrat. Mengutip Politico, mereka mengggambarkan Biden dengan kata-kata seperti "bingung", "lemah", dan "demensia".
Sebelumnya, seruan keras agar Biden mundur juga muncul dari sejumlah editorial media AS. Ini paska survei media CBS pasca debat, yang menunjukkan peningkatan 10 poin dalam jumlah anggota Partai Demokrat yang percaya Biden tidak seharusnya mencalonkan diri sebagai presiden, 36% menjadi 46%.
"Kebenaran yang disayangkan adalah Biden harus mundur dari pencalonan, demi kebaikan bangsa yang telah ia layani dengan sangat mengagumkan selama setengah abad," kata Atlanta Journal-Constitution dalam editorialnya pada hari Minggu.
Hal sama juga diutarakan editorial New York Times. Ditegaskan bahwa Biden dalam debat pekan lalu, tak seperti Biden empat tahun lalu.
"Pada debat hari Kamis, presiden perlu meyakinkan publik Amerika bahwa ia memenuhi tuntutan berat dari jabatan yang ingin ia pertahankan untuk masa jabatan berikutnya. Namun, para pemilih tidak bisa diharapkan untuk mengabaikan apa yang terlihat jelas: Biden tidak lagi seperti empat tahun lalu," jelas laman itu.
"Dia kesulitan menjelaskan apa yang akan dia capai di masa jabatan kedua. Dia kesulitan menanggapi provokasi Trump. Dia berjuang untuk meminta pertanggungjawaban Trump atas kebohongannya, kegagalannya, dan rencananya yang mengerikan. Lebih dari sekali, dia berjuang untuk mencapai akhir kalimat," tegasnya.
Hal lain yang disoroti juga terkait kasus putra Biden, Hunter, yang pada 11 Juni lalu menjadi anak pertama dari seorang presiden AS yang menjabat pertama, yang dihukum karena melakukan kejahatan. Juri memutuskan dia bersalah karena berbohong, menggunakan narkoba ilegal ketika dia membeli pistol pada tahun 2018.
(sef/sef)
Sentimen: negatif (100%)