Sentimen
Positif (100%)
2 Jun 2022 : 06.08
Informasi Tambahan

Institusi: Oxford

Cara 'Move On' dari BBM ala Matahari Buatan Warisan Soviet

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Tekno

2 Jun 2022 : 06.08
Jakarta, CNN Indonesia --

Dua matahari terlihat dari sebuah bukit kecil pada sore hari di Provence, Prancis. Yang satu sudah menyala selama 4,5 miliar tahun dan kini kian terbenam. Yang lainnya sedang dibangun oleh ribuan tangan manusia, dan saat ini kian bersinar.

Matahari yang terakhir adalah buatan para jenius yang berkumpul di sebuah konstruksi besar yang bisa menjadi penemuan sumber energi terbesar dalam sejarah manusia.

Di desa kecil itu, Saint-Paul-lez-Durance, ilmuwan dari 35 negara berkumpul untuk mengetes dan menguasai fusi nuklir, sebuah proses yang secara alami terjadi di matahari dan semua bintang namun sejauh ini sangat sulit untuk ditiru penduduk Bumi.

Fusi menjanjikan energi yang hampir tak terbatas yang tidak memancarkan gas rumah kaca seperti bahan bakar fosil seperti BBM, serta tidak menghasilkan limbah radioaktif yang berumur panjang seperti fisi nuklir.

Menguasainya benar-benar dapat menyelamatkan umat manusia dari perubahan iklim, sebuah krisis yang merupakan ulah manusia sendiri. Sebanyak 1 gram bahan bakar dapat menghasilkan energi setara 8 ton bahan bakar minyak.

Beberapa pakar nuklir memprediksi energi fusi bisa digunakan kurang lebih 30 tahun lagi. Namun, kesusksesan para ilmuwan di Culham, Inggris, dekat Oxford, yang menghasilkan dan mempertahankan rekor energi fusi 59 megajoule selama 5 detik dalam mesin berbentuk donat raksasa Tokamak memberi asa.

Energi itu dianggap hanya cukup untuk menyalakan satu rumah selama sehari. Namun, itu menjadi momen yang benar-benar bersejarah, karena membuktikan fusi nuklir dapat digunakan untuk kelangsungan energi di Bumi.

Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER), proyek pengembangan fusi di bawah naungan Prancis, pun terpicu untuk bisa membuktikan fusi dapat dimanfaatkan secara komersial.

Jika ini berhasil, dunia tidak usah repot kekurangan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas untuk kebutuhan energi sehari-hari. Apalagi di tengah perang embargo energi dari Rusia akibat invasi ke Ukraina.

Direktur jenderal ITER Bernard Bigot, sebelum meninggal karena sakit pada 14 Mei setelah memimpin selama tujuh tahun, sempat mengungkapkan optimismenya untuk energi fusi.

"Energi adalah kehidupan," kata dia dikutip dari CNN, "Secara biologis, sosial, ekonomi".

"Tidak ada alternatif selain menyiapkan diri kita sendiri dari sumber listrik utama kita saat ini. Dan pilihan terbaik tampaknya telah digunakan alam semesta selama miliaran tahun," lanjutnya.

Matahari memancarkan energi fusi nuklir. Hal ini yang hendak dituri para ilmuwan untuk menghasilkan energi tanpa batas di Bumi. (Foto: European Space Agency (ESA))Meniru Matahari

Energi fusi diciptakan dengan memaksa dua partikel yang secara alami saling bertolak. Setelah sedikit bahan bakar disuntikkan ke dalam Tokamak, magnet raksasa diaktifkan untuk membuat plasma yang bentuknya mirip gas atau sup bermuatan listrik.

Sebagai informasi, Tokamak (kependekan dari toroidalnya kamera ve magnetnaya) adalah sebuah mesin produksi medan magnet untuk mengurung plasma. Mesin ini digunakan untuk menunjukkan kelayakan reaksi fusi sebagai sumber energi berskala besar dengan nol emisi karbon.

Dengan menaikkan suhu di dalam Tokamak ke tingkat yang sangat tinggi, partikel dari bahan bakar dipaksa untuk menyatu. Proses ini menciptakan helium dan neutron yang massanya lebih ringan daripada asalnya.

Massa yang hilang berubah menjadi energi yang sangat besar. Neutron, yang mampu keluar dari plasma, kemudian menabrak "selimut" yang melapisi dinding Tokamak.

Energi kinetik kemudian berpindah menjadi hawa panas. Panas itu dapat digunakan untuk menghangatkan air, membuat uap, dan memutar turbin untuk menghasilkan tenaga.

Proses itu semua membutuhkan Tokamak agar bisa memuat panas yang maksimal. Plasma harus mencapai setidaknya 150 juta derajat Celcius, atau 10 kali lebih panas dari inti Matahari.

Memangnya bisa elemen yang ada di Bumi menahan suhu melebihi Matahari?

Untuk menjawabnya, para ilmuwan dan insinyur merancang magnet raksasa untuk menciptakan medan magnet yang kuat penahan panas.

Pengembangan yang dilakukan oleh para ilmuwan ini, pada dasarnya meniru Matahari. Bintang terpanas di jagat raya ini disebut sebagai pabrik fusi abadi, yang terdiri dari bola plasma raksasa yang terbakar.

Tokamak di Inggris yang disebut Joint European Torus (JET) mampu menahan energi fusi selama lima detik, tetapi itu adalah waktu terlama yang digunakan mesin tersebut.

Magnetnya terbuat dari tembaga dan dibuat pada 1970-an. Lebih dari lima detik di bawah panas seperti itu akan menyebabkan elemen meleleh.

Di saat Matahari menggabungkan atom hidrogen untuk membuat helium, proyek JET menggunakan dua isotop hidrogen yang disebut deuterium dan tritium, yang juga akan digunakan ITER.

Isotop ini bekerja hampir identik dengan hidrogen, dalam hal susunan kimia dan reaksinya.

Sementara, ITER menggunakan magnet baru yang dapat bertahan lebih lama, dan proyek ini bertujuan untuk menghasilkan pengembalian energi 10 kali lipat, menghasilkan 500 megawatt dari input 50 megawatt.

Salah satu hambatannya adalah keterbatasan stok dan harga tritium yang mahal, zat radioaktif dari hidrogen yang jadi sumber tenaga fusi. Untungnya, peneliti berhasil menemukan cara membuat Tritium lewat reaksi nuklir sehingga ITER bisa memproduksinya sendiri.

Caranya, selimut di dalam Tokamak akan dilapisi dengan litium, dan saat neutron plasma yang lolos mencapainya, mereka akan bereaksi dengan litium untuk menghasilkan lebih banyak bahan bakar tritium.

"Fusi hidrogen satu juta kali lebih efisien daripada membakar bahan bakar fosil. Apa yang kami coba lakukan di sini sebenarnya, sangat mirip dengan menciptakan Matahari buatan kecil di Bumi," kata Bigot.

"Pembangkit listrik fusi ini akan beroperasi sepanjang waktu. Matahari ini bisa dikatakan tidak akan pernah terbenam," lanjutnya.

Efek invasi Rusia ke Ukraina di halaman berikutnya...

Sentimen: positif (100%)