Studi Ilmuwan Ungkap Harapan Perokok Terhindar dari Kanker Paru-paru
CNNindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNN Indonesia --
Merokok selama ini dianggap menjadi penyebab utama kanker paru-paru. Namun temuan baru dari para peneliti bisa jadi sedikit mengurangi kebenaran anggapan tersebut.
Melansir Science Daily, rokok bisa memicu mutasi DNA dalam paru-paru orang normal. Mutasi itulah yang lama kelamaan membuat paru-paru para perokok rentan terkena kanker.
Para ahli dari Albert Einstein College of Medicine di Amerika Serikat (AS) pun telah bereksperimen untuk membuktikan hal itu lewat sebuah studi.
Studi tersebut dilakukan tim peneliti menggunakan profil genetik, yang didapat dari faktor keturunan atau dalam kondisi lain lewat rekayasa, yang diambil dari bronkus 14 orang perokok, yang tidak pernah merokok, serta 19 perokok ringan, sedang dan berat.
Para ahli menemukan, mutasi sel pada paru-paru orang normal berjalan lebih lambat daripada para perokok. "Eksperimen itu mengonfirmasi bahwa merokok meningkatkan kanker paru-paru lewat peningkatan frekuensi mutasi," ujar Simon Spivack, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi ini.
"Itulah yang menjadi salah satu alasan kenapa sedikit sekali orang yang tidak merokok mendapatkan kanker paru-paru. Sementara 10 hingga 20 persen perokok lama lebih berisiko," katanya menambahkan.
Namun di samping temuan ini, para ahli juga menemukan fakta unik. Mutasi sel pada paru-paru ternyata bergantung kepada setiap individu.
Hal itu berlaku juga untuk para perokok. Menurut Spivack, ada beberapa perokok berat yang bisa menekan mutasi sel mereka.
Selain itu, para ahli juga menemukan mutasi sel melambat setelah 23 tahun terekspos rokok.
"Data kami menunjukkan bahwa para individu ini mungkin tetap tidak terkena kanker paru-paru meskipun mereka termasuk perokok berat karena mereka bisa menekan akumulasi mutasi itu," Spivack.
"Perlambatan mutasi itu bisa muncul dari orang-orang ini yang punya sistem bagus dalam memperbaiki kerusakan DNA atau menetralisir racun dari asap rokok," ujarnya menambahkan.
Masih Diobservas
Lebih lanjut, para ahli masih meneliti penyebab kemampuan memperbaiki DNA berbeda di tiap individu. Diharapkan, lewat penelitian tersebut, risiko individu terkena kanker paru-paru bisa lebih dimengerti.
"Kami sekarang berharap untuk mengembangkan penelitian baru yang bisa mengukur kapasitas seseorang untuk mereparasi DNAnya, yang bisa saja menawarkan cara baru untuk menilai risiko seseorang terkena kanker paru-paru," kata Jan Vijjg yang juga terlibat dalam studi ini seperti dikutip dari Science Alert.
(lth/lth)
[Gambas:Video CNN]
Sentimen: negatif (100%)