Jakarta, Beritasatu.com - Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi menguat terbatas pada perdagangan bursa, Jumat (28/6/2024). IHSG diperkirakan bergerak pada support dan resistance di level 6.880-7.015. Pasar disebut sedang menanti data ekonomi Amerika Serikat (AS), khususnya inflasi.

Apabila data inflasi turun, pasar akan mendapat sentimen positif ketika memasuki awal Juli.

“IHSG hari ini masih akan berpeluang melanjutkan penguatan, sedangkan imbal hasil obligasi SUN yang berpotensi kembali mengalami penurunan dan akan bermain pada rentang 7-7,1%,” tulis Pilarmas dalam risetnya, Jumat (28/6/2024).

Selain data inflasi, berbagai data penting lainnya akan menentukan seberapa jauh penguatan IHSG dan pasar obligasi akan berlanjut.

Data personal income dan personal spending yang diproyeksikan akan mengalami kenaikkan, tetapi personal consumption expenditures (PCE) secara mom dan yoy mengalami penurunan. Hal ini diikuti dengan core PCE price index secara mom dan yoy yang diproyeksi mengalami penurunan.

Lebih lanjut dari dalam negeri, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatatkan realisasi pembiayaan utang sebesar Rp 132,2 triliun hingga Mei 2024.

Pembiayaan utang ini turun 12,2% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp 150,5 triliun. Kemenkeu menjelaskan hal itu terjadi akibat pemerintah memanfaatkan penggunaan sumber anggaran lebih (SAL) pada 2023.

Pilarmas menilai dengan kondisi saat ini fundamental perekonomian Indonesia masih cukup baik. Hal ini didukung oleh rasio utang dengan PDB yang hingga 2023 tercatat hanya sebesar 38%. Harapannya hal itu dapat terus dijaga meskipun di tengah simpang siur isu kenaikan rasio utang dengan PDB yang menjadi 50% pada pemerintahan baru, yang nantinya akan memengaruhi pergerakan pasar obligasi dalam negeri.

“Apalagi pada tahun depan, utang yang jatuh tempo nilainya sangat besar, sehingga hal ini akan memberikan tekanan kepada pasar obligasi,” pungkas Pilarmas.