Sentimen
Negatif (88%)
27 Jun 2024 : 16.25
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Menkeu Ungkap Penyebab Rupiah Tertekan di Level Rp 16.431 per Dolar AS pada Akhir Mei 2024

27 Jun 2024 : 23.25 Views 1

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Ekonomi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, sentimen global menyebabkan rupiah tertekan di level Rp 16.431 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir Mei 2024.

Dia bilang, tekanan ini disebabkan dari arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Bahkan menurutnya, tingkat suku bunga The Fed, Fed Fund Rate di level 5,5 persen dan diproyeksikan belum akan turun dalam waktu dekat.

"Mungkin yang paling optimis penurunannya hanya satu kali pada tahun ini. Ini yang menyebabkan ekspektasi market kecewa atau yang tidak tersampaikan, kemudian menimbulkan suatu reaksi terutama terlihat pada sekitar bulan April yang lalu hingga Mei," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa secara virtual, Kamis (27/6/2024).

"Kalau Mei mungkin lebih juga ditambah dengan faktor domestik kita yang kemudian menyebabkan penguatan Dolar indeks, yang kemudian menyebabkan depresiasi dari mata uang mata uang termasuk rupiah kita," imbuhnya.

Bendahara negara mengatakan, nilai tukar rupiah sampai akhir Mei di level Rp 16,431 per dolar AS ini mengalami depresiasi sebesar 6,58 persen dari posisi awal tahun 2024.

Meski begitu, dia mengaku depresiasi rupiah ini dinilai lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lain. Bahkan jika dibandingkan dengan Jepang yang terus terdepresiasi hingga mencapai level terendah sejak 1986.

"Rupiah mengalami depresiasi 6,58 persen comparable dengan beberapa negara emerging yang lain. Namun juga kita lihat seperti Brazil depresiasinya jauh lebih dalam," ucap dia.

"Jepang mengalami depresiasi yang sangat dalam bahkan pada levelnya sudah dengan 1986. Ini tentu menimbulkan juga dinamika dari negara-negara berdagang kita," sambungnya.

Terakhir Sri Mulyani memastikan, pergerakan nilai tukar rupiah yang melemah ini bakal menjadi perhatian pemerintah.

"Jadi kita memang melihat dari sisi pasar keuangan pasar global dan bonds itu menjadi salah satu yang perlu untuk diwaspadai. Karena dinamikanya muncul dan terjadi rembesan ke dalam adalah melalui pasar keuangan ini," jelasnya.

Sentimen: negatif (88.9%)