Sentimen
Negatif (100%)
27 Jun 2024 : 15.14
Tokoh Terkait

Milisi Pro-Iran Akui Pasok Senjata dari Irak, Suriah lalu ke Hizbullah untuk Lawan Israel

27 Jun 2024 : 22.14 Views 1

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

TRIBUNNEWS.COM - Sumber-sumber dari milisi Irak mengungkapkan rencana mereka untuk membantu Hizbullah dalam rangka memperkuat diri di tengah ancaman perang Israel di Lebanon.

Sebelum menawarkan bantuan tentara, milisi Irak berupaya memasok persenjataan ke Lebanon untuk Hizbullah.

Sementara itu tawaran dari milisi Irak yang ingin mengirim pasukan ke Hizbullah ditolak oleh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Setelah mendapat penolakan dari Hizbullah, milisi Irak tetap mendukung Hizbullah, termasuk memasok senjata, roket, drone, dan pesawat tempur kepada Hizbullah bila diperlukan.

Rute Pasokan Senjata yang Gagal

Sebelumnya, perwakilan Garda Revolusi Iran (IRGC) bertemu dengan perwakilan milisi Irak di Baghdad untuk membahas situasi yang dihadapi Hizbullah di Lebanon.

Pemimpin faksi Irak lainnya mengusulkan pembentukan jalur pasokan ke Hizbullah untuk mengirim roket dan drone ke Selatan.

"Mereka bahkan menyarankan penggunaan Bandara Internasional Rafik Hariri di Beirut (Lebanon) untuk mentransfer senjata tersebut dengan cepat," kata sumber itu tanpa menyebutkan tanggal pertemuan tersebut kepada Aawsat, Rabu (26/6/2024).

Beberapa hari yang lalu, surat kabar Inggris The Telegraph mengklaim Hizbullah menyimpan roket di bandara tersebut, sehingga memicu kemarahan Menteri Pekerjaan Umum Lebanon, Ali Hamieh, yang mengatakan laporan tersebut merusak citra bandara, lalu membuktikan klaim palsu itu dengan melakukan tur di bandara.

"Usulan tersebut ditolak oleh pejabat Iran karena Hizbullah khawatir Israel akan menyerang bandara tersebut karena “semua mata tertuju pada hal tersebut,” ungkap sumber tersebut.

Perhatian kemudian beralih ke faksi-faksi bersenjata di Suriah.

"Sumber dari Kataib Hizbullah (di Irak) mengatakan jalur pasokan memerlukan keahlian faksi yang aktif di Suriah dan gudang rahasia yang tidak akan menjadi sasaran serangan Israel," lanjutnya.

Salah satu usulan menyarankan penempatan kembali milisi Irak di Suriah untuk mendukung Hizbullah di Lebanon.

Pasokan senjata itu akan ditransfer dengan satu truk, bukan konvoi, untuk menghindari menarik perhatian Israel.

Namun, Israel kemungkinan mengetahui rencana itu dan menyerang truk yang diduga membawa pasokan senjata dari Suriah ke Lebanon pada 22 Juni 2024, yang menewaskan 2 anggota Hizbullah di dalamnya.

Iran Masih Pertimbangkan Tawaran Milisi Irak untuk Bantu Hizbullah

Dalam pertemuan di Baghdad, Irak, sejumlah perwira Garda Revolusi Iran (IRGC) bertemu dengan perwakilan milisi Irak atas desakan dari Hizbullah.

Pertemuan itu dihadiri oleh pemimpin faksi Asaib Ahl al-Haq Qais al-Khazali, ketua Pasukan Mobilisasi Populer Falih Al-Fayyadh, pemimpin gerakan Nujaba, Kataib Sayyid al-Shuhada dan faksi bersenjata lainnya.

Mereka membahas niat milisi Irak untuk memperkuat Hizbullah melawan Israel jika terjadi perang, dengan mengirimkan pasukan ke Lebanon.

"Iran akan mengambil keputusan akhir mengenai rencana ini dan harus mempertimbangkan pertimbangan politik," kata dua sumber milisi Irak yang hadir dalam pertemuan dengan perwakilan IRGC di Baghdad, Irak.

"Perwira IRGC mendengarkan berbagai usulan, termasuk usulan dari faksi bersenjata yang mengatakan semua pejuangnya siap berangkat ke Lebanon selatan dan bertindak sebagai garis pertahanan pertama Hizbullah melawan Israel," kata sumber itu kepada Aawsat, Rabu (26/6/2024).

Namun, perwira Iran tersebut menganggap usulan tersebut terlalu antusias saat ini, sementara mereka juga harus mempertimbangkan situasi di Lebanon.

Israel meyakini Iran mendukung faksi-faksi bersenjata di Irak, Suriah, Lebanon, hingga Yaman untuk menargetkan kepentingan Israel dan sekutunya Amerika Serikat (AS) demi melindungi kepentingan pengaruh Iran di kawasan itu.

Meluasnya eskalasi konflik dengan pejuang Hamas hingga Tank Merkava Israel bergerak ke posisi di utara Israel dekat perbatasan dengan Lebanon. Minggu (15/10/2023). (Jalaa MAREY/AFP) (AFP/JALAA MAREY)

Permusuhan Hizbullah-Israel pecak sejak 8 Oktober 2023 setelah Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat

Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah dan berjanji akan berhenti jika Israel menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.

Sementara itu, AS dan sekutunya, Israel, menuduh Iran mendanai kelompok-kelompok perlawanan di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon, dan Palestina untuk melawan mereka.

Jumlah Korban

Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.658 jiwa dan 86.237 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (25/6/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sentimen: negatif (100%)