Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: pembunuhan
Tokoh Terkait
Israel Lancarkan Serangan Darat, Mungkinkah Lebanon Jadi Gaza Baru?
Detik.com Jenis Media: News
Israel memastikan tengah melancarkan serangan darat ke Lebanon, beberapa menit setelah pukul 02:00 waktu setempat, pada Selasa (01/10). Klaim ini dibantah oleh Hizbullah, namun mereka memastikan "siap menghadapi konfrontasi langsung".
Israel telah memulai operasi darat di Lebanon selatan, kata militer Israel (IDF). Operasi tersebut, klaim IDF, dilakukan secara "terbatas, terlokalisasi, dan terarah" terhadap Hizbullah.
Selain serangan darat, militer Israel juga membombardir Lebanon dengan serangan udara.
"Angkatan Udara Israel dan Artileri IDF mendukung pasukan darat dengan serangan presisi terhadap sasaran militer di daerah tersebut," sebut IDF dalam pernyataan resmi melalui media sosial X.
Akan tetapi Hizbullah mengatakan klaim Israel bahwa pasukannya masuk wilayah Lebabon adalah tidak benar.
Kelompok milisi yang didukung Iran ini mengeklaim tak ada konflik langsung antara para pejuangnya dan pasukan Israel, namun mereka mereka memastikan bahwa mereka "siap untuk menghadapi konfrontasi langsung".
IDF membuat klaim bahwa target-target tersebut terletak dekat perbatasan dan menimbulkan "ancaman langsung bagi masyarakat Israel.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner mengatakan kepada BBC bahwa ada serangan di Lebanon "lebih terfokus pada ancaman langsung yang ditujukan kepada warga Israel".
"Tidak ada rencana untuk menduduki [Lebanon], rencananya adalah untuk membongkar infrastruktur yang dibangun Hizbullah untuk membunuh orang Israel," imbuh Lerner.
Akibat serangan tersebut, sedikitnya 95 orang tewas dan 172 orang terluka menurut keterangan terbaru Kementerian Kesehatan Lebanon.
Para pejabat mengatakan lebih dari 1.000 orang di Lebanon telah tewas dalam dua pekan terakhir, sementara hingga satu juta orang kini mengungsi.
Militer Israel membombardir Lebanon dengan serangan udara, pada 30 September 2024. (AFP)
Meski IDF menyebut bahwa operasi darat ke Lebanon adalah serangan "terbatas" dan "terlokalisasi", tetapi tidak ada jaminan aksi mereka akan sesederhana itu, tulis wartawan BBC, Anna Foster, yang melaporkan dari Beirut.
Sulit disebutkan berapa banyak infrastruktur militer Hizbullah yang masih utuh setelah Israel melancarkan serangan udara secara intens.
Jika Hizbullah masih memiliki cukup kekuatan artileri, kelompok tersebut berpotensi menyerang kota-kota di Israel.
Kekuatan proksi Iran lainnyaseperti Houthi di Yaman atau kelompok milisi di Suriah dan Irakdapat mencoba menyerang lokasi yang lebih dekat seperti pangkalan militer AS.
Malam ini menyimpan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, tetapi aksi Israel adalah momen penting sekaligus berbahaya bagi wilayah tersebut.
Beberapa hari sebelumnya, pada Sabtu (28/09), militer Israel telah membunuh pemimpin kelompok milisi Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Lebanon.
Seberapa kuat pasukan Hizbullah?Hizbullah adalah salah satu pasukan militer non-negara bersenjata paling lengkap di dunia.
Pasukan ini didanai dan diperlengkapi oleh Iran.
ReutersPusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) memperkirakan Hizbullah memiliki 120.000-200.000 roket dan rudal.
Hizbullah mengeklaim memiliki 100.000 personel, meskipun perkiraan independen bervariasi antara 20.000 dan 50.000 personel.
Banyak personel yang terlatih dengan baik dan tangguh dalam pertempuran, dan pernah terlibat dalam berbagai pertempuran dalam perang saudara di Suriah.
.
Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) memperkirakan Hizbullah memiliki 120.000-200.000 roket dan rudal.
Hizbullah juga ditengarai memiliki rudal antipesawat dan antikapal, serta rudal berpemandu yang mampu menyerang jauh di dalam wilayah Israel.
Apa bedanya serangan kali ini dengan perang 2006?Sebelum Israel memastikan melancarkan serangan darat ke Lebanon, Naim Qassem yang menggantikan Hassan Nasrallah sebagai pemimpin Hizbullah telah mewanti-wanti Israel.
Dalam pidato pertamanya sejak pembunuhan Nasrallah, Qassem menegaskan para anggota Hizbullah siap menghadapi invasi darat apa pun, dan Israel tidak akan mencapai tujuannya.
Lantas apa bedanya serangan Israel kali ii dengan perang pada 2006 lalu?
Israel harus menghadapi ribuan anggota Hizbullah yang semangat membalas dendam. (EPA)
Banyak, kata koresponden keamanan BBC, Frank Gardner.
Kini, menurutnya, militer Israel jauh lebih mumpuni serta dilengkapi dengan intelijen yang jauh lebih baik ketimbang saat menyerbu Lebanon selatan pada 2006.
Israel juga baru saja membunuh sebagian besar pemimpin Hizbullah, menyabotase komunikasinya, serta menghancurkan sejumlah besar senjata dan gudang amunisinya.
Namun, Israel harus menghadapi ribuan anggota Hizbullah yang semangat membalas dendam dan siap melawan tentara Israel di Lebanon.
Mantan perwira intelijen Israel, Avi Melamed, mengatakan kepada Frank Gardner: "Tidak seperti tahun 2006, serangan darat Israel sekarang akan menghadapi pasukan tempur Hizbullah yang tangguh, terlatih, dan berpengalaman dalam mendukung pasukan Bashar Al-Assad dalam Perang Saudara Suriah."
Mungkinkah ini jadi Gaza selanjutnya?Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner mengatakan kepada BBC bahwa Hizbullah memiliki "pangkalan operasi garis depan" di Lebanon selatan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam "serangan seperti 7 Oktober".
Itulah sebabnya militer Israel dimobilisasi semalam, katanya, "untuk membongkar infrastruktur tersebut".
Program Today di BBC Radio 4 bertanya padanya bahwa deskripsi Israel tentang serangan "terbatas dan terarah" mirip dengan bahasa yang digunakan sebelum pasukannya bergerak ke Gaza tahun lalu.
Namun, Lerner mengatakan ada perbedaan: di Gaza, tujuannya adalah untuk membongkar Hamas sebagai otoritas pemerintahan, dan di Lebanon "lebih terfokus pada ancaman langsung yang ditujukan kepada warga Israel".
"Tidak ada rencana untuk menduduki [Lebanon], rencananya adalah untuk membongkar infrastruktur yang dibangun Hizbullah untuk membunuh orang Israel," imbuh Lerner.
Satu juta orang mengungsi di LebanonPerdana Menteri Lebanon, Najib Makati, mengatakan negaranya tengah menghadapi "salah satu fase paling berbahaya" dalam sejarahnya.
Sekitar satu juta orang telah mengungsi di seluruh Lebanon sejak serangan udara Israel dimulai bulan lalu, imbuhnya.
"Kami mendesak agar lebih banyak bantuan untuk memperkuat upaya berkelanjutan kami dalam menyediakan dukungan dasar bagi warga sipil yang mengungsi," katanya.
Artikel ini akan terus diperbarui
(ita/ita)Sentimen: negatif (100%)