PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berkomitmen untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi panas bumi melalui percepatan produksi hidrogen hijau skala komersial. Salah satu inisiatif utamanya adalah menjalankan pilot project hidrogen hijau di PGEO Area Ulubelu.

PGEO baru-baru ini menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk melakukan diversifikasi dan optimalisasi produksi dengan  PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Genvia. Pihaknya dengan ini siap fokus pada riset teknologi Solid Oxide Electrolyzer (SOEL).

Baca Juga: Depan Jokowi, Pertamina Geothermal (PGEO) Tampilkan Inovasi Flow2Max®️

Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi menyatakan bahwa kemitraan ini merupakan langkah strategis bagi pihaknya untuk memasuki pasar energi hijau global, serta menambah nilai strategis bagi pemanfaatan potensi panas bumi di Indonesia.

"Pengembangan hidrogen hijau ini tidak hanya menciptakan sumber pendapatan baru tetapi juga mendukung pemanfaatan non-konvensional dari potensi panas bumi Indonesia," ujar Julfi, dilansir Selasa (01/10/2024).

Adapun SOEL diklaim mampu mengurangi penggunaan listrik dalam proses produksi hidrogen hingga 30%. Nantinya kerja sama ini akan mengatur terkait studi bersama terkait pengembangan hidrogen rendah karbon dengan mengintegrasikan teknologi terkait dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) combined heat and power (CHP) milik PGEO. 

Kolaborasi  Pertamina NRE, PGEO, dan Genvia diharapkan menjadi model bisnis hidrogen hijau berbasis listrik panas bumi yang kompetitif, serta memperkuat posisi Indonesia di pasar energi hijau global.

Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO): Panas Bumi Kunci Transisi Energi, Indonesia Bisa Jadi Pemain Global

“Kemitraan ini adalah langkah nyata dalam memperkuat kolaborasi lintas negara untuk memajukan pengembangan dan pengadopsian energi hijau secara menyeluruh," jelas Julfi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.