Sentimen
Positif (99%)
29 Sep 2024 : 15.42
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, New York

Partai Terkait

Menlu Retno: Mandat DK PBB Ciptakan Perdamaian, bukan Mendukung Pelaku Perang!

iNews.id iNews.id Jenis Media: Nasional

29 Sep 2024 : 15.42
Menlu Retno: Mandat DK PBB Ciptakan Perdamaian, bukan Mendukung Pelaku Perang!

NEW YORK, iNews.id – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mendorong negara-negara anggota PBB untuk segera mengakui negara Palestina. Pengakuan terhadap berdirinya negara Palestina merdeka merupakan investasi untuk mewujudkan dunia lebih damai dan adil. 

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, dalam Debat Umum High-Level Week Sidang Majelis Umum PBB ke-79, Sabtu (28/9/2024), juga mendorong negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan konkret menghentikan pelanggaran hukum internasional oleh Israel serta impunitasnya.

Baca Juga

Menlu Retno Tegaskan OKI Harus Jadi Teladan Dukungan Pengakuan Negara Palestina

“Mandat DK PBB adalah untuk menciptakan perdamaian, bukan melanggengkan perang atau bahkan mendukung pelaku perang itu sendiri," ujar Retno, dalam pernyataan Kemlu RI, Sabtu (29/9/2024).

Menlu juga mendorong kepemimpinan tanpa hegemoni, yaitu kepemimpinan global yang nyata dan memandu tindakan bersama dengan mendengarkan kepentingan semua pihak, memajukan kolaborasi dan harapan.​

Baca Juga

Menlu Retno di Markas PBB: Sekarang Waktu yang Tepat Negara Palestina Diakui

Terkait hal itu, Menlu Retno mengusulkan tiga prioritas kunci. Pertama, memajukan perdamaian yang inklusif. Kedua, memastikan masa depan yang berketahanan dengan tercapainya kesejahteraan bersama.
Ketiga, membangun jembatan guna memastikan kolaborasi global.

Baca Juga

Menlu Retno Soroti Genosida di Gaza, Ingatkan Penegakan Hukum Internasional

Ketiga hal tersebut, lanjut Retno, telah dilaksanaan Indonesia melalui kiprah di dunia internasional. 

Sejarah membuktikan Indonesia selalu menyuarakan kepentingan negara-negara Global South, antara lain melalui penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955.

Editor : Anton Suhartono

Sentimen: positif (99.8%)