Abadikini.com, JAKARTA – Dalam dua tahun terakhir, industri fintech di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami krisis pendanaan atau dikenal sebagai funding winter. Menurut data Tracxn, pendanaan untuk fintech di Asia Tenggara turun 25% pada semester pertama 2024, dengan penurunan tajam di Indonesia sebesar 64%.

Di tengah tantangan ini, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), yang dipimpin oleh Founder & CEO Andi Taufan Garuda Putra, berhasil menjaga pertumbuhan berkelanjutan dengan mengandalkan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Pada Dealstreet Asia PE-VC Summit 2024 di Singapura, Andi Taufan menjelaskan bahwa Amartha memanfaatkan AI untuk menjaga kualitas portofolio dan manajemen risiko yang prudent. AI digunakan dalam sistem risk-profiling dengan lebih dari 90 indikator data untuk verifikasi mitra, penentuan skor risiko, dan pengelolaan portofolio.

Teknologi ini memungkinkan Amartha untuk lebih memahami kebutuhan segmen akar rumput yang seringkali sulit mengakses layanan keuangan formal.

Selain menjaga portofolio, Amartha juga terus memberdayakan segmen akar rumput dengan pembiayaan dan kesempatan investasi, sekaligus menarik minat institusi keuangan untuk mobilisasi modal.

Sejauh ini, Amartha telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp23 triliun kepada 2,5 juta mitra di seluruh Indonesia dan berhasil menjaga tingkat non-performing loan (NPL) di bawah 2%.

Keberhasilan ini juga terlihat dari dampak sosialnya, di mana 67 ribu mitra Amartha naik kelas dari ultra mikro ke usaha mikro, dan membuka lebih dari 85 ribu lapangan kerja informal di desa sepanjang 2023.