Sentimen
Negatif (100%)
5 Sep 2024 : 06.29
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tangki, Bantul, Gunungkidul

Kasus: kebakaran

13 Titik Terdampak Kekeringan, BPBD Bantul Ajukan Siaga Darurat Kekeringan

5 Sep 2024 : 06.29 Views 2

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

13 Titik Terdampak Kekeringan, BPBD Bantul Ajukan Siaga Darurat Kekeringan

Harianjogja.com, BANTUL—Sejumlah kapanewon di Bantul telah terdampak kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul mengajukan status siaga darurat kekeringan.

Kabid Kedaruratan dan Logistik, BPBD Bantul, Antoni Hutagaol menyampaikan status darurat kekeringan tersebut dilakukan lantaran telah ada 13 titik terdampak kekeringan. Menurut Antoni, di setiap titik ada sekitar 250-800 jiwa yang terdampak. Wilayah terdampak kekeringan tersebut berada di Kapanewon Dlingo, Pajangan, Pandak, Pundong, dan Piyungan. 

Di wilayah tersebut menurutnya, mata air milik warga mulai mengering. Beberapa wilayah hanya bisa mengakses air bersih saat malam hari. "Ada yang [mata air] belum habis sekali [kering], malam [warga] baru bisa mengisi sedikit," ujarnya, Selasa (2/9/2024).

BACA JUGA : Siaga Darurat Kekeringan di Gunungkidul Diperpanjang hingga Oktober 2024

Dia menuturkan beberapa wilayah yang terdampak kekeringan tersebut pun dalam beberapa tahun terkahir juga terdampak kekeringan. Sehingga, menurut Antoni, pihaknya telah mengantisipasi dengan menyediakan air bersih untuk mengantisipasi kekeringan. 

Hingga saat ini ada 35 tangki yang telah disalurkan ke wilayah tersebut. Dia menuturkan untuk kesiapsiagaan kekeringan yang terjadi tahun ini, BPBD Bantul telah menyediakan 426 tangki air bersih. Dia berharap kebutuhan air bersih selama musim kemarau dapat tercukupi dari persediaan tersebut.

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah mengeluarkan edaran mengenai musim kemarau yang diperkirakan terjadi hingga Oktober 2024 dasarian ketiga. Saat itu, wilayah di DIY diperkirakan baru akan turun hujan.

Ia berharap persediaan air bersih yang ada dapat mencukupi hingga musim kemarau berakhir. "Kami masih cukup [persediaan air bersih], aman karena tidak terlalu lama [musim kemarau]. Ini sudah mendung, sudah masuk ke pancaroba," ujarnya.

Meski ketersediaan air bersih masih mencukupi, menurut Antoni, BPBD Bantul juga menerima apabila ada corporate social responsibility (CSR) air bersih. 

Sementara menurut Antoni, BPBD Bantul juga menilai kejadian kebakaran yang meningkat belakangan sebagai salah satu pertimbangan pengajuan status siaga darurat kekeringan.

Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) BPBD Kabupaten Bantul, Irawan Kurnianto menyampaikan kebakaran yang terjadi di Bantul pada Januari-awal September 2024 mencapai 174 kejadian. Dari situ kerugian ditaksir mencapai Rp1,23 miliar. 

Dia menuturkan kejadian kebakaran paling banyak disebabkan pembakaran sampah dan barang bekas. Kebakaran karena hal tersebut mencapai 88 kejadian. Setelah itu, kebakaran karena korsleting listrik juga banyak terjadi. Kebakaran karena korsleting listrik mencapai 37 kejadian. Penyebab kebakaran lain karena kesengajaan, kebocoran gas, dan kelalaian.

"Melihat data kejadian, disimpulkan penyebab kebakaran terbanyak adalah karena membakar sampah. Untuk itu warga masyarakat jika terpaksa mengelola sampah dengan cara membakar harus memperhatikan lokasi pembakaran sampah," ujarnya.

Lokasi pembakaran sampah yang aman yaitu jauh dari barang yang mudah terbakar. Karena, apabila kebakaran terjadi disana, maka berpotensi terjadi perambatan. 

Kemudian, masyarakat juga diminta untuk membakar sampah pada waktu tidak banyak hembusan angin. Masyarakat juga diminta memastikan bara api telah padam sebelum meninggalkan lokasi pembakaran sampah. "Jika api menjadi tidak terkendali, hubungi pemadam kebakaran terdekat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: negatif (100%)