Sentimen
Negatif (94%)
3 Sep 2024 : 07.35
Informasi Tambahan

Event: Pilkada Serentak

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Tatak Ujiyati: Cawe-cawe Jegal Anies Cuma Satu Sinyal dari Banyak Sinyal Bahaya yang Lain

3 Sep 2024 : 07.35 Views 13

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Tatak Ujiyati: Cawe-cawe Jegal Anies Cuma Satu Sinyal dari Banyak Sinyal Bahaya yang Lain

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Loyalis Anies Baswedan, Tatak Ujiyati, memberikan komentar tajam terkait drama Pilkada yang dihadapi Anies.

Menurutnya, upaya untuk menjegal Anies adalah salah satu dari banyak sinyal bahaya yang mengancam demokrasi di Indonesia.

"Cawe-cawe jegal Anies itu cuma satu sinyal bahaya dari banyak sinyal bahaya lain," ujar Tatak dalam keterangannya di aplikasi X @tatakujiyati (2/9/2024).

Tatak menyoroti bahwa yang lebih berbahaya adalah upaya melanggengkan kekuasaan dinasti politik dengan segala cara.

"Yang sungguh membahayakan itu ada upaya melanggengkan kekuasaan dinasti dengan segala cara," cetusnya.

Termasuk, kata Tatak, melanggar etika, menabrak aturan hukum, melakukan kecurangan, dan menggunakan siasat jahat.

Ia juga menambahkan bahwa tidak ada partai politik yang mampu melawan atau menentang kekuatan yang berusaha mempertahankan kekuasaan tersebut.

"Dan tak ada parpol yang bisa melawan," tandasnya.

Sebelumnya, Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat , Ono Surono, mengungkapkan alasan di balik gagalnya Anies Baswedan diusung sebagai calon Gubernur Jawa Barat oleh partainya.

Menurut Ono, meskipun Anies sempat menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan oleh PDIP, keputusan tersebut akhirnya batal karena adanya intervensi dari pihak-pihak tertentu.

Ono Surono menjelaskan bahwa komunikasi dengan Anies Baswedan telah dilakukan sejak beberapa hari sebelumnya dan semakin mengerucut pada sore hari sebelum keputusan final diambil.

Namun, ia mengakui bahwa ada tantangan besar yang membuat rencana pengusungan Anies gagal terlaksana.

"Kenapa gagal? Kita menghadapi sebuah tantangan yang sangat besar, tangan-tangan yang tidak menyetujui Pak Anies diusung oleh PDI Perjuangan," ujar Ono dikutip pada Jumat (30/8/2024).

Meskipun, kata Ono, sebelumnya ia meyakini bahwa sosok Anies Baswedan merupakan sosok pemimpin yang tepat dan bisa menyelesaikan permasalahan di Jabar.

"Tapi kekuatan-kekuatan yang sangat besar itu yang pada akhirnya, Pak Anies tidak jadi di usung PDI Perjuangan," sebutnya.

Saat ditanya mengenai kekuatan-kekuatan besar maupun tangan-tangan yang tidak menyetujui Anies maju, ia menyebut nama Mulyono.

"Ya, Mulyono dan geng," tandasnya.

Ono tidak menjelaskan lebih jauh terkait sosok Mulyono, hanya saja ia menitipkan pesan agar tidak lagi melakukan cawe-cawe pada Pilkada 2024 ini.

"Biarkan rakyat punya pilihan sesuai dengan hati nuraninya sehingga terpilih pemimpin yang terbaik untuk Indonesia, untuk provinsi, dan untuk kabupaten/kota di seluruh Indonesia,” Ono menuturkan.

Alasan bahwa Anies dijegal untuk maju menjadi Calon Gubernur (Cagub), Ono menggambarkan situasi yang dihadapi Anies.

"Sudah bisa kita lihat Pak Anies dijegal di DKI, dan ini juga terjadi di Jawa Barat, teman-teman bisa menafsirkan sendiri bentuknya seperti apa, tapi itu fakta yang kita alami bersama,” tandasnya.

(Muhsin/fajar)

Tatak Ujiyati: Cawe-cawe Jegal Anies Cuma Satu Sinyal dari Banyak Sinyal Bahaya yang Lain

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Loyalis Anies Baswedan, Tatak Ujiyati, memberikan komentar tajam terkait drama Pilkada yang dihadapi Anies.

Menurutnya, upaya untuk menjegal Anies adalah salah satu dari banyak sinyal bahaya yang mengancam demokrasi di Indonesia.

"Cawe-cawe jegal Anies itu cuma satu sinyal bahaya dari banyak sinyal bahaya lain," ujar Tatak dalam keterangannya di aplikasi X @tatakujiyati (2/9/2024).

Tatak menyoroti bahwa yang lebih berbahaya adalah upaya melanggengkan kekuasaan dinasti politik dengan segala cara.

"Yang sungguh membahayakan itu ada upaya melanggengkan kekuasaan dinasti dengan segala cara," cetusnya.

Termasuk, kata Tatak, melanggar etika, menabrak aturan hukum, melakukan kecurangan, dan menggunakan siasat jahat.

Ia juga menambahkan bahwa tidak ada partai politik yang mampu melawan atau menentang kekuatan yang berusaha mempertahankan kekuasaan tersebut.

"Dan tak ada parpol yang bisa melawan," tandasnya.

Sebelumnya, Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat , Ono Surono, mengungkapkan alasan di balik gagalnya Anies Baswedan diusung sebagai calon Gubernur Jawa Barat oleh partainya.

Menurut Ono, meskipun Anies sempat menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan oleh PDIP, keputusan tersebut akhirnya batal karena adanya intervensi dari pihak-pihak tertentu.

Ono Surono menjelaskan bahwa komunikasi dengan Anies Baswedan telah dilakukan sejak beberapa hari sebelumnya dan semakin mengerucut pada sore hari sebelum keputusan final diambil.

Namun, ia mengakui bahwa ada tantangan besar yang membuat rencana pengusungan Anies gagal terlaksana.

"Kenapa gagal? Kita menghadapi sebuah tantangan yang sangat besar, tangan-tangan yang tidak menyetujui Pak Anies diusung oleh PDI Perjuangan," ujar Ono dikutip pada Jumat (30/8/2024).

Meskipun, kata Ono, sebelumnya ia meyakini bahwa sosok Anies Baswedan merupakan sosok pemimpin yang tepat dan bisa menyelesaikan permasalahan di Jabar.

"Tapi kekuatan-kekuatan yang sangat besar itu yang pada akhirnya, Pak Anies tidak jadi di usung PDI Perjuangan," sebutnya.

Saat ditanya mengenai kekuatan-kekuatan besar maupun tangan-tangan yang tidak menyetujui Anies maju, ia menyebut nama Mulyono.

"Ya, Mulyono dan geng," tandasnya.

Ono tidak menjelaskan lebih jauh terkait sosok Mulyono, hanya saja ia menitipkan pesan agar tidak lagi melakukan cawe-cawe pada Pilkada 2024 ini.

"Biarkan rakyat punya pilihan sesuai dengan hati nuraninya sehingga terpilih pemimpin yang terbaik untuk Indonesia, untuk provinsi, dan untuk kabupaten/kota di seluruh Indonesia,” Ono menuturkan.

Alasan bahwa Anies dijegal untuk maju menjadi Calon Gubernur (Cagub), Ono menggambarkan situasi yang dihadapi Anies.

"Sudah bisa kita lihat Pak Anies dijegal di DKI, dan ini juga terjadi di Jawa Barat, teman-teman bisa menafsirkan sendiri bentuknya seperti apa, tapi itu fakta yang kita alami bersama,” tandasnya.

(Muhsin/fajar)

Sentimen: negatif (94.1%)