Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Washington, Kairo, Doha
Tokoh Terkait
Hamas Tuduh Israel Sengaja Ulur Gencatan Senjata untuk Habisi Warga Gaza
iNews.id Jenis Media: Nasional
WASHINGTON, iNews.id - Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar menegaskan tak akan mundur dari pembicaraan gencatan senjata di Jalur Gaza. Pembicaraan yang berlangsung di Doha, Qatar, pekan lalu buntu.
Sinwar menganggap Israel tak serius dengan pembicaraan gencatan senjata, bahkan sengaja membatalkannya dengan mengajukan syarat-syarat baru. Dengan begitu militer Zionis bisa membunuh lebih banyak warga Palestina.
Baca Juga
AS Disebut Dukung Israel Tolak Tarik Seluruh Pasukan dari Perbatasan Gaza-Mesir
Menurut Sinwar, seperti dilaporkan surat kabar Amerika Serikat (AS) Wall Street Journal (WSJ) mengutip pejabat yang ikut dalam negosiasi, pembicaraan gencatan senjata putaran terakhir di Doha merupakan gertakan Israel untuk mengulur waktu guna melancarkan operasi militer.
Pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak ingin segera mengakhiri perang di Gaza sampai tujuannya tercapai, yakni melenyapkan Hamas.
Baca Juga
Hamas Ungkap Biang Kerok Batalnya Gencatan Senjata, Sebut Netanyahu Tak Ingin Akhiri Perang
Kantor Perdana Menteri Netanyahu pada Minggu lalu menyatakan terus berupaya memajukan kesepakatan Gaza. Selain mengubah ketentuan soal jumlah sandera di Gaza yang dibebaskan, Israel juga enggan menarik diri dari sepanjang perbatasan Gaza-Mesir atau dikenal dengan Koridor Philadelphia. Israel ingin tetap memegang kendali perbatasan Gaza-Mesir untuk menutup pasokan bagi Hamas.
Hamas menolak hadir dalam perundingan di Doha karena tak ada jaminan bahwa proposal yang diajukan pada Juli lalu, merujuk pada usulan Presiden AS Joe Biden, bakal dijadikan rujukan. Alih-alih berpegangan pada proposal Biden, Netanyahu malah menambah syarat yang tak akan disetujui oleh Hamas.
Baca Juga
Hamas: Tak Ada Kemajuan dalam Perundingan Gencatan Senjata Gaza
Meski demikian para negara mediator yakni Mesir, Qatar, dan AS segera bertemu lagi di Kairo dengan harapan mencapai kesepakatan baru.
Editor : Anton Suhartono
Sentimen: positif (79%)