Dugaan Perintah Lepas Hijab bagi Paskibraka di IKN, Shamsi Ali: Lecehkan Agama, Tidak Sehat dan Dungu
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Imam Shamsi Ali, seorang tokoh diaspora Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat, mengungkapkan kemarahannya setelah mengetahui adanya dugaan perintah untuk melepas hijab bagi anggota Paskibraka perempuan yang akan tampil di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dalam reaksi kerasnya, Shamsi Ali mengutip istilah "dungu," yang dikenal luas di telinga masyarakat Indonesia sebagai ungkapan yang sering digunakan oleh pengamat politik Rocky Gerung.
"Baru kemarin saya (mengulas) perang global terhadap agama dan moralitas," Shamsi Ali memulai ceritanya kepada fajar.co.id, Kamis (15/8/2024).
Dikatakan Shamsi Ali, beragam argumentasi ia sampaikan bahwa sedang terjadi permusuhan dan peperangan terhadap agama dan nilai-nilai moral dalam kehidupan manusia.
"Bagi kami di Amerika dan dunia Barat, hal ini bukan baru dan aneh. Dunia Barat dalam sejarahnya dikenal anti Islam, bahkan anti agama secara umum," ucapnya.
Dijelaskan Shamsi Ali, anti agama ini yang terakumulasi dalam konsep kehidupan liberal-sekuler yang dipromosikan ke berbagai penjuru dunia.
"Tiba-tiba saya dikejutkan oleh berbagai berita yang lagi viral dan ramai di perdebatan bahwa putrì yang berhijab harus melepaskan jilbabnya untuk menjadi bagian dari paskibra," cetusnya.
Shamsi Ali mengaku perasaannya sedang bergejolaknya, campur aduk antara terkejut, marah, dan kecewa atas kebijakan pemerintah.
"Seorang Muslimah yang harusnya bangga dengan negara dan agamanya dipaksa memisahkan dua komitmen mulainya," Shamsi Ali menuturkan.
Menurut Shamsi Ali, paskibra merupakan kebanggaan sebagai putri bangsa. Namun berhijab juga kebanggaan dalam komitmen keislaman.
"Dan keduanya dalam kata Indonesia menyatu tak terpisahkan," tegasnya.
Tambahnya, mencopot jilbab anggota paskibra putri merupakan prilaku yang menggambarkan ketidaksenangan bahkan boleh jadi bagian dari phobia kepada agamanya sendiri (kalau dia Muslim)," timpalnya.
"Bahkan memperlihatkan permusuhan dan peperangan yang dilakukan kepada komitmen keagamaan (khususnya Islam) bangsa Indonesia," sambung dia.
Lebih spesifik lagi, kata Shamsi Ali, hal tersebut bisa dilihat sebagai bentuk pengkhianatan kepada bangsa, negara dan agama.
Ia menyebutkan bahwa bangsa dan negara Indonesia yang berlandaskan kepada Pancasila itu secara mendasar berketuhanan. Berketuhanan, diartikan dengan memiliki komitmen keagamaan.
"Komitmen keagamaan itu direalisasikan dalam bentuk menjalankan ajaran-ajaran agama. Dan salah satu ajaran agama itu bagi orang Islam adalah hijab, inilah yang saya maksud dengan pengkhianatan," terangnya.
Dibeberkan Shamsi Ali, seorang warga negara Indonesia Muslimah dan tidak berjlbab itu pilihan. Tapi jika pemerintah melarang pemakaian jilbab walau dalam sebuah kegiatan tertentu bisa disebut pelecehan agama.
"Melecehkan agama itu sama dengan melecehkan Pancasila dan negara sekaligus. Dan seorang warga negara apalagi pejabat di bangsa ini melecehkan Pancasila dan negara itulah sejatinya pengkhianatan. Tak peduli dengan teriakan slogan, saya pancasila, saya nasionalis," tukasnya.
Shamsi Ali mengatakan, ia bahkan berupaya menalari alasan perintah membuka jilbab bagi paskibra putrì yang memakainya.
"Akal sehat saya tidak menemukan alasan masuk akal dari pelarangan berjilbab ketika menjadi anggota pasukan pengibar bendera. Mengganggukah pergerakan gerak jalannya? Kurang lincahkah nantinya dalam bergerak? Saya tidak menemukan itu," bebernya.
"Karenanya saya melihat yang masalah bukan pada paskibra putri yang berjilbab. Tapi yang masalah, mungkin sakit, adalah cara berpikir yang membuat aturan itu," tambahnya.
Terkait pelarangan jilbab atas alasan perlunya penyeragaman, Shamsi Ali berpendapat bahwa hal tersebut tidak dapat dibenarkan.
"Tidak sehat dan (maaf) dungu. Kita adalah bangsa yang ragam dan mencintai keragaman. Bukan bangsa yang seragam dan harus diseragamkan. Bukankah kita sering mendengar pujian kepada bhinneka tunggal ika?," tandasnya.
Sahmsi Ali menilai, perintah melepas jilbab tersebut merupakan kedunguan dan cara berpikir yang tidak sehat, bahkan bentuk kebencian dan pelecehan kepada agama Islam.
"Lebih jauh hal ini bisa dicurigai sebagai bentuk pengkhianatan kepada Pancasila dan NKRI. Dan lebih dungu lagi jika hal itu datangnya dari mereka yang harusnya pengawal nilai-nilai Pancasila di negeri ini. Aneh memang, tapi nyata. Semakin lengkap daftar keanehan-keanehan di negara Indonesia tercinta!," kuncinya.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: negatif (98.4%)