Sentimen
Negatif (79%)
15 Agu 2024 : 09.37
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Grup Musik: APRIL

Institusi: UGM, UIN, IAIN

Kab/Kota: Cibubur, Yogyakarta

Heboh Pelarangan Jilbab Paskibraka, Kepala BPIP Yudian Wahyudi Panen Kecaman, Ternyata Mantan Rektor UIN

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

15 Agu 2024 : 09.37
Heboh Pelarangan Jilbab Paskibraka, Kepala BPIP Yudian Wahyudi Panen Kecaman, Ternyata Mantan Rektor UIN

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, kini ramai jadi sorotan dan kecaman publik. Itu setelah viralnya dugaan pelarangan jilbab bagi Paskibraka muslimah saat bertugas.

Hasil penelusuran fajar.co.id, Yudian Wahyudi diketahui adalah mantan rektor UIN Sunan Kalijaga. Dia diketahui memiliki nama lengkap K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D.

Yudian Wahyudi adalah seorang akademisi dan tokoh pendidikan Indonesia yang menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sejak 5 Februari 2020. Dia menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dari tahun 2016 hingga 2020.

Yudian lahir pada 17 April 1960 di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia dikenal sebagai dosen pertama dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang berhasil menembus Harvard Law School.

Dalam karier akademiknya, Yudian memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, termasuk gelar Bachelor of Arts (BA) dan doktorandus dari Fakultas Syariah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, serta BA dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ia juga meraih gelar magister di bidang Islamic Studies dari McGill University pada tahun 1993 dan gelar doktor di bidang yang sama pada tahun 2002.

Sebelumnya diberitakan, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tahun ini heboh dengan mencuatnya dugaan pelarangan penggunaan hijab.

Pelarangan itu dinilai janggal karena sudah sejak lama Paskibraka Muslimah dibolehkan berhijab.

Wakil Sekretaris Jenderal Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Pusat, Irwan Indra, menyampaikan protes dan kritik atas hal itu. Irwan diketahui mendapat kesempatan menjadi pasukan Paskibraka pada 2001 sebagai perwakilan dari Sumatra Utara.

Dia juga menjalankan tugas sebagai pembina Paskibraka sejak 2016. Saat itu, pembinaan Paskibraka masih di bawah Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Sejak 2022, pembinaannya di bawah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

"Saya sejak 2016 jadi pembina Paskibra nasional di Cibubur jadi tahu betul kebiasaan-kebiasaannya," ujar Irwan.

Ia menuturkan, sejak 2016, mereka sudah mulai memikirkan betul soal penghargaan terhadap keyakinan masing-masing anggota Paskibraka.

"Kita sudah mulai melakukan penjagaan terhadap adik-adik dari hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan mereka. Dulu ada tradisi mandi kembang dan balik celana dalam, itu konyol dan kita ubah," ia menuturkan.

Soal pakaian untuk Paskibraka Muslimah yang hendak menjaga aurat juga dipertimbangkan. Misalnya, rok yang dipanjangkan dan penggunaan legging. "Bahkan pada 2021, pembawa baki Bendera Pusaka pakai jilbab. Makanya kita heran," sambungnya

Sebab itu, ia dan rekan-rekannya di PPI terkejut saat pada 13 Agustus lalu tak ada satupun Paskibraka putri yang berjilbab. "Kita kaget, kok ada yang beurubah karena selama ini fine-fine saja soal keyakinan yang pake atau lepas jilbab," ujarnya.

Dari situ kemudian muncul kerisauan dari para senior di PPI daerah-daerah.

Hasil penelusuran, ternyata dari 38 provinsi ada 18 yang mengirimkan muslimah berjilbab untuk jadi petugas Paskibraka pusat.

"Kita cek ke semua PPI ke provinsi. Apakah benar tidak pakai jilbab? Mereka ramai bersuara, 18 provinsi pakai jilbab. Ada adik-adik kita yang sudah sejak SD sudah pakai jilbab," kata Irwan.

Ia meyakini, lepasnya jilbab sebagian patugas Paskibraka karena faktor tekanan. "Nggak mungkin mereka sukarela, pasti ada tekanan," katanya.

"Adik-adik Paskibraka Putri yang terbiasa memakai hijab, pada saat pelaksanaan pengibaran bendera di IKN nanti harus tetap memakai hijabnya. Saya yakin Presiden RI bapak Joko Widodo dan presiden terpilih nantinya Bapak Prabowo Subianto sepakat dengan ini," ujar Irwan, tulisannya itu juga beredar luas di media sosial. (bs-sam/fajar)

Sentimen: negatif (79.5%)