Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Hewan: Anjing
Kab/Kota: Malang, Wina, Los Angeles
Tokoh Terkait
(Menolak) Senjakala Media Cetak
Detik.com Jenis Media: Metropolitan
Majalah Berita Mingguan Gatra resmi mengumumkan penerbitan edisi terakhirnya pada Juli lalu. Dalam sampul edisi terakhirnya, Gatra menampilkan huruf G warna merah dengan judul besar "Kami Pamit". Gatra telah berkiprah di dunia pers Tanah Air tak kurang 30 tahun ini terpaksa harus gulung tikar. Media yang sudah berumur dan punya nama besar ini tak mampu menolak senjakala media.
Jangankan Gatra yang baru berumur 30 tahun, sebuah surat kabar tertua di dunia juga telah berhenti terbit setelah 320 tahun berkiprah. Media cetak tertua di dunia itu bernama Wiener Zeitung yang menerbitkan edisi harian terakhirnya pada 30 Juni 2023. Koran yang berbasis di Wina, Austria itu cetak koran pertamanya pada 1730. Gara-gara tak terbit lagi, koran ini kehilangan pendapatan sekitar 18 juta Euro atau setara hampir Rp 300 milliar.
Koran The Sun milik Rupert Murdoch di Inggris juga telah lama tumbang. Kejatuhan bisnis The Sun menjadi semakin lengkap dengan bangkrutnya sejumlah media cetak di Amerika. Chicago Tribune, Los Angeles Time, The Rocky Mountain News, Seattle Post Intelligencer, Philadelphia Inquiry, Baltimore Examiner, Kentucky Post, King Country Journal, Cincinnati Post, Union City Register Tribune, Halifax Daily News, Albuquerque Tribune, South Idaho Star, San Juan Star adalah sederet media cetak besar AS yang bangkrut.
Newsweek, majalah ternama Amerika yang menguasai pemberitaan selama 80 tahun, juga telah lama mati. Newsweek menamatkan riwayatnya pada 31 Desember 2012 setelah 80 tahun berkiprah. Sehari berikutnya menyatakan resmi beralih ke media online. Saat ini, terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan media cetak di Amerika yang sedang menunggu giliran ditutup karena sudah tak lagi diminati.
Senjakala Media
Di Indonesia, senjakala media cetak terus terjadi. Selain Gatra, sejumlah media telah lebih dulu tak mampu menyapa pelanggannya dalam versi tercetak. Koran Republika telah menghentikan versi cetaknya pada 31 Desember 2022. Menyusul koran Sindo yang gulung tikar pada 17 April 2023, koran Sinar Harapan menutup usahanya pada 1 Januari 2016, menyusul Harian Bola, Soccer, Jurnal Nasional serta majalah Tajuk, Prospek, dan Fortune.
Philip Meyer (2004) dalam bukunya The Vanishing Newspaper: Saving Journalism in the Information Age memang pernah memprediksi bahwa koran akan mati pada 2043. Semua pengelola media dituntut mampu menjalankan medianya sebagai sebuah institusi pers di samping tetap harus mampu menjaga kelangsungannya sebagai sebuah institusi bisnis. Situasi tarik menarik kepentingan antara idealisme dan bisnis yang sering menjadi dilema bagi media massa.
Apalagi saat ini pola konsumsi informasi masyarakat telah banyak bergeser ke media sosia (medsos)l. Era disrupsi saat ini telah memunculkan bisnis korporasi media. Raksasa platform media seperti Google dan sejumlah platform medsos telah menyerbu masyarakat dan menggeser kelangsungan hidup pers nasional dan lokal. Google dan medsos memang bukan perusahaan media, namun melalui internet dan laman-laman medsos tersebut mampu memfasilitasi orang dalam mengunggah dan mengunduh beragam berita dan informasi.
Korporasi media digital ini juga telah mengambil kue iklan yang sebelumnya menjadi jatah media massa konvensional. Beragam platform digital telah menggeser pola pemasang iklan yang sebelumnya ada pada media arus utama kini banyak yang berpindah ke online. Banyak berkurangnya iklan yang ke media massa konvensional sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup media konvensional.
Terjadinya senjakala media cetak tak bisa dibiarkan. Menolak mati adalah harga mati bagi para pengelola media. Digitalisasi menuntut perubahan pada lanskap manajemen bisnis dan redaksional media massa. Kehadiran internet telah mengubah cara banyak orang dalam mengakses informasi. Kemampuan beradaptasi dan menyesuaikan tuntutan kemajuan teknologi menjadi kunci penting agar media massa tetap bisa bertahan.
Tak Boleh Lagi Ada yang Mati
Matinya media Gatra grup semoga menjadi peristiwa terakhir. Tak boleh lagi ada media cetak yang tak mampu terbit. Karena sejatinya saat sebuah media itu mati, yang dirugikan bukan hanya pengelola dan para awak media bersangkutan, namun juga masyarakat luas karena hak mendapatkan informasi dari media yang kredidel jadi tiada. Bagi demokrasi juga berdampak buruk, karena kematian media adalah kematian "anjing penjaga" demokrasi.
Saat sebuah media cetak mati, pluralisme media akan terbatas karena sumber-sumber informasi akan lebih bergantung pada media daring dan media elektronik. Di samping itu, bisa terjadi penurunan kualitas jurnalisme. Media cetak seringkali membuat investigasi dan laporan mendalam yang membutuhkan waktu dan sumber daya yang lebih besar. Tanpa media cetak, pelaksanaan jurnalisme mendalam bisa berkurang, dan lebih banyak berita berpotensi menjadi berita cepat dan dangkal.
Menilik sejarah, pers lahir berawal dari media cetak setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15. Inovasi cetak ini, yang dikenal sebagai mesin cetak yang memberikan landasan penting bagi perkembangan pers dan penyebaran informasi yang lebih luas. Munculnya revolusi industri abad ke-19 semakin mempercepat produksi media cetak dan koran jadi semakin populer di banyak negara.
Media cetak adalah marwah dari jurnalisme karena peran pentingnya dalam menyediakan informasi yang akurat, terpercaya, dan mendalam kepada masyarakat. Di tengah era digital dengan perkembangan pesat media daring dan medsos, media cetak tetap memiliki nilai tersendiri dan dianggap sebagai salah satu bentuk jurnalisme yang paling autentik dan teruji. Semua produk informasi yang tersaji di media konvensional, termasuk di media cetak, telah melalui proses editorial yang ketat dan pengawasan yang teliti.
Untuk itu semua pihak perlu menolak senjakala media cetak. Karena dalam era informasi yang berlimpah saat ini, media cetak berperan sebagai penyaring informasi, membantu membedakan berita yang sahih dari hoaks atau berita palsu yang beredar di dunia maya. Sejumlah media cetak independen berfungsi sebagai wadah bagi para jurnalis untuk mengungkap kebenaran dan memberikan laporan yang tak kenal kompromi. Media cetak juga mengutamakan penggunaan bahasa dan tata letak yang terstruktur dengan baik, sehingga memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Sugeng Winarno dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, alumnus Jurusan Media and Information Curtin University of Technology Australia
(mmu/mmu)Sentimen: positif (99.9%)