Sentimen
6 Kosa kata Sunda yang Susah Diartikan ke Bahasa Indonesia, Mulai dari Atuh hingga Jabaning
Ayobogor.com Jenis Media: Regional
AYOBOGOR.COM - Bahasa Sunda, dengan keindahan dan kekayaan leksikalnya, sering kali menghadirkan tantangan tersendiri ketika diartikan ke dalam bahasa Indonesia.
Ada sejumlah kosa kata dalam bahasa Sunda yang memiliki makna mendalam dan konotasi khusus, yang sulit dicapai melalui terjemahan langsung.
Dalam artikel ini, kita akan membahas enam kosa kata Sunda yang dikenal sulit dipahami jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Baca Juga: Teaser Drama Korea DNA Lover Sudah Muncul! Tingkah Choi Siwon dan Jung In Sun Bikin Ngakak
Mulai dari kata "Atuh" yang sering membingungkan hingga "Jabaning" yang jarang ditemukan dalam kamus umum.
Temukan bagaimana kata-kata ini mempengaruhi komunikasi dan makna dalam konteks budaya Sunda. Simak penjelasan lengkapnya, dilansir dari Instagram @pemkotbogor.
1. Atuh
Kata "atuh" dalam bahasa Sunda sering digunakan sebagai pelengkap kalimat untuk memberikan nuansa keakraban atau kesopanan. Fungsinya mirip dengan kata "dong" atau "lah" dalam bahasa Indonesia. Contoh: Sok atuh geura balik dan sok geura balik
Arti utamanya sama, yaitu "cepat pulang sana," tetapi dengan "atuh", terdengar lebih ramah dan sopan. Jadi, "atuh" tidak memiliki arti spesifik dan lebih berfungsi untuk memperhalus dan mengakrabkan percakapan.
2. Euleuh
Kata "euleuh" dalam bahasa Sunda sering digunakan untuk mengungkapkan rasa heran, terkejut, atau kagum. Kata ini bisa dipadankan dengan bahsa slang seperti "lah", "yaelah", atau "halah" dalam bahasa Indonesia Contoh: Euluh, naha bisa kitu?
Berarti "lah, kok bisa gitu, sih?". Jadi "euleuh" berfungsi sebagai ekspresi spontan yang menambah warna emosi dalam percakapan sehari-hari.
3. Euy
Kata "euy" dalam bahasa Sunda adalah ciri khas dalam percakapan sehari-hari. Kata ini sebenarnya bisa berarti "ya" mirip kata "dalem" dalam bahasa Jawa saat menjawab panggilan.
Selain itu "euy" sering disisipkan dalam percakapan sebagai sapaan akrab tanpa arti spesifik. Contoh: Rek kemana, euy?
Berarti "mau kemana nih?" kata "euy" digunakan untuk menambah keakraban dan kehangatan dalam interaksi sehari-hari.
4. Teh
Kata "teh" dalam bahasa Sunda bukan merujuk pada daun teh atau "teteh" (kakak perempuan), melainkan berfungsi sebagai penegas atau pelengkap dalam percakapan. Contoh: Itu teh apa?
Artinya adalah "Itu apa sih?". Kata "teh" digunakan untuk memberi penekanan pada kata yang diikutinya dan sering dipakai untuk menambahkan nuansa informal atau akrab dalam berbicara.
5. Mah
Kata "mah" dalam bahasa Sunda berfungsi untuk membandingkan sesuatu atau menegaskan pernyataan. Contoh: Si eta mah emang kitu jelemana
Yang berarti "dia memang begitu orangnya" kata "mah" digunakan untuk menunjukkan bahwa pernyataan tersebut merupakan hal yang umum atau sudah diakui. Jadi "mah" tidak memiliki arti khusus tapi memberikan nuansa tambahan dalam percakapan.
6. Jabaning
Kata "jabaning" dalam bahasa Sunda digunakan untuk mengekspresikan situasi yang tidak diharapkan dan diperburuk oleh keadaan lain. Ini seperti mengungkapkan "parahnya lagi" atau "malangnya" dalam bahasa Indonesia. Contoh: Duh, aya razia pulisi, jabaning urang teu mawa SIM
Artinya "Duh, ada razia polisi, parahnya lagi saya nggak bawa SIM". Jadi "jabaning" menggambarkan situasi yang sudah buruk dan diperburuk oleh faktor lain, memberikan kesan tambahan beban atau kesulitan.
Dalam mengeksplorasi enam kosa kata Sunda yang sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kita semakin memahami betapa dalamnya makna dan nuansa bahasa ini.
Meskipun terjemahan langsung sering kali tidak bisa menangkap seluruh esensi kata-kata tersebut, pengertian yang lebih dalam tentang konteks budaya dan penggunaannya dapat memberikan wawasan yang berharga.
Dengan mengenal kata-kata seperti "Atuh" hingga "Jabaning," kita tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga merasakan kekayaan budaya Sunda yang unik.
Semoga artikel ini membantu Anda lebih menghargai kompleksitas bahasa dan budaya Sunda serta meningkatkan pemahaman kita tentang kekayaan leksikon lokal.
Sentimen: positif (94.1%)