Sentimen
Positif (99%)
26 Jul 2024 : 16.10
Informasi Tambahan

BUMN: Berdikari

Tokoh Terkait

Jalan Sukarno di Tunisia

Detik.com Detik.com Jenis Media: News

26 Jul 2024 : 16.10
Jalan Sukarno di Tunisia
Jakarta -

Setelah berjuang melalui diplomasi dengan pemerintah Tunisia selama kurang lebih dua setengah tahun untuk mewujudkan "Jalan Sukarno", akhirnya impian tersebut dapat direalisasikan, bersamaan dengan Hari Lahir Bung Karno, 6 Juni 2024 lalu. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi KBRI Tunis, karena "Jalan Sukarno" berada di kawasan elite kota Tunis, Buhaira, yang setiap sore dilalui ribuan warga Tunisia untuk menikmati suasana di pinggir danau eksotis, yang tidak jauh dari jantung kota Habib Bourgaiba dan Bandara Internasional Carthage.

Saya sendiri hampir tiap hari berolahraga, jalan-jalan sore dari Wisma Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia ke "Jalan Sukarno", yang jaraknya kurang lebih lima kilometer. Jalan Sukarno akan menjadi kado terindah bagi hubungan bilateral Indonesia-Tunisia yang terus mengalami peningkatan dalam berbagai sektor, baik perdagangan, kebudayaan, pendidikan, maupun politik.

Dalam memori kolektif warga Tunisia, Bung Karno merupakan sosok penting dalam sejarah kemerdekaan Tunisia. Warga Tunisia masih mengenang dan bernostalgia perihal persahabatan Bapak Bangsa Tunisia, Habib Bourgaiba dengan Bung Karno. Warga Tunisia kerap menceritakan kepada saya perihal meriahnya penyambutan Bung Karno saat berkunjung ke Tunisia pada tahun 1960. Ada ratusan ribu warga dari berbagai penjuru Tunisia berhamburan ke jalan-jalan menyalami dan mengelu-elukan sosok Bung Karno sebagai "Pejuang Kemerdekaan Tunisia".

-

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam konteks tersebut, peresmian "Jalan Sukarno" telah menghidupkan kembali dimensi historis dalam hubungan bilateral Indonesia-Tunisia. Bagi kami, eksistensi KBRI Tunis sebagai satu-satunya kantor perwakilan dari negara-negara ASEAN mempunyai makna strategis dalam diplomasi Indonesia di kawasan negara-negara Maghribi. Letak strategis Tunisia dalam peta geopolitik semakin meyakinkan kita semua, bahwa Bung Karno di masa lampau telah meletakkan fondasi diplomasi yang sangat penting agar Indonesia mempunyai peran strategis di kawasan Mediterania dan Afrika.

Pada 1-3 September nanti, Indonesia akan menggelar Indonesia-Africa Forum ke-2 di Bali. Konferensi Asia-Afrika yang digelar Bung Karno pada 1955 masih menjadi spirit yang menyala di kawasan Afrika, termasuk di Tunisia. Sebab perhelatan bersejarah dan menyejarah itu meninggalkan gagasan geopolitik yang masih relevan agar negara-negara Asia-Afrika terbebaskan dari penjajahan. Maknanya, pemikiran geopolitik Bung Karno masih terus menyala dalam konteks geopolitik kontemporer.

Gagasan Trisakti Bung Karno: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan selalu terasa baru dan penting untuk dijadikan pijakan dalam menghadapi dinamika dan peta geopolitik yang makin intens menyeruak dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di kawasan Asia-Afrika.

Pemerintah Tunisia sekarang pun mulai membangun kembali kedekatan dengan negara-negara Asia. Spirit Konferensi Asia-Afrika 1955, serta persahabatan kuat dan akrab antara Bung Karno dan Presiden Habib Bourgaiba menggelorakan kembali hubungan bilateral Indonesia-Tunisia. Selama dua tengah tahun menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, saya merasakan adanya keinginan kuat dari kedua negara untuk menjadikan modal historis dan ideologis dalam konteks hubungan bilateral, yang pada akhirnya dapat membawa kemaslahatan.

Peresmian "Jalan Sukarno" di Kota Tunis menjadi tonggak baru dalam rangka menatap secara optimis untuk menorehkan sejarah baru di masa kini dan masa mendatang. Tidak lama lagi, Preferential Trade Agreement antara Indonesia-Tunisia memasuki tahap final untuk segera ditanda-tangani. Maknanya, kedua negara mempunyai komitmen dan keinginan untuk membangun kerjasama perdagangan yang selama ini menghadapi berbagai hambatan tarif.

Menurut hemat saya, menghidupkan kembali legasi Bung Karno di masa lalu dalam konteks diplomasi dan hubungan bilateral merupakan salah satu cara agar Indonesia hadir secara bebas-aktif di panggung global. KBRI Tunis telah memulai dengan menerjemahkan Pidato Pancasila 1 Juni 1945 ke dalam bahasa Arab. Bahkan, KBRI Tunis dalam tiga tahun terakhir mengadakan diskusi perihal keistimewaan Pancasila, baik dalam konteks keindonesiaan maupun konteks global. Alhamdulillah, sambutan warga dan media-media sangat positif. Mereka memandang Pancasila sebagai ideologi, dasar negara, dan filosofi yang dapat menginspirasi warga Tunisia dan dunia untuk membangun budaya gotong-royong, kolaborasi, dan hidup damai, sebagaimana digaungkan pemikir Tunisia Ibnu Khaldun dalam mognum opus-nya, Al-Muqaddimah.

KBRI Tunis juga telah selesai menerjemahkan tulisan dan pidato Bung Karno perihal gagasan keislaman dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan ke dalam bahasa Arab. Tidak lama lagi, buku tersebut akan diterbitkan dan dibedah di berbagai kampus di Tunisia. Para mahasiswa pascasarjana di Universitas Zaitunah Tunisia juga mulai menulis tesis tentang pemikiran Bung Karno dalam bahasa Arab. Saatnya membanjiri kepustakaan Timur-Tengah dan Afrika dengan pemikiran Bung Karno, sehingga dapat membangun dan memberikan harapan baru agar dunia semakin damai dan berkeadilan.

Maka dari itu, menghidupkan dan menghadirkan pemikiran Bung Karno di pentas global akan memberikan dampak positif bagi hubungan bilateral dan hubungan multilateral. Saya sudah membuktikan hal tersebut di Tunisia, karena pemikiran Bung Karno bersifat progresif dan relevan dalam konteks kekinian di tengah fragmentasi geopolitik yang semakin tajam.

Jalan untuk menggaungkan kembali perdamaian dunia yang dibangun di atas prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemerdekaan merupakan pemikiran genuine Bung Karno, yang dapat dijadikan sebagai gagasan dalam mengisi dan menginspirasi dunia dengan gagasan-gagasan progresif. Diplomasi pada hakikatnya dapat dibangun dari legasi sejarah untuk dilantunkan kembali dalam konteks kekinian. Jalan Sukarno di Tunisia merupakan sebuah upaya agar pemikiran-pemikiran geopolitik, kebangsaan, kemanusiaan, dan keislaman Bung Karno dapat dihadirkan kembali dan memperkuat infrastruktur diplomasi kita.

Zuhairi Misrawi Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia

(mmu/mmu)

Sentimen: positif (99.8%)