Duh, Rumah Sakit Indonesia di Gaza Ditutup Lagi karena Tak Ada Listrik
iNews.id Jenis Media: Nasional
GAZA, iNews.id - Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Jalur Gaza bagian utara, terpaksa berhenti beroperasi karena keterbatasan bahan bakar. Rumah sakit yang dibangun atas biaya patungan warga Indonesia itu dibombardir Israel pada November tahun lalu.
Dengan ketiadaan bahan bakar, rumah sakit tak bisa mendapat pasokan listrik yang cukup untuk merawat pasien.
Baca Juga
Rekor! 25 Politisi Muslim Terpilih Jadi Anggota Parlemen Inggris, Dipicu Perang di Gaza
"Kami memperingatkan bahwa nyawa banyak pasien saat ini dalam bahaya. Kami menyerukan kepada organisasi-organisasi internasional untuk turun tangan guna menghindari bancana," kata Direktur RS Indonesia, Atef Al Kahlout.
Rumah Sakit Indonesia beroperasi kembali sejak awal Juni 2024 sejak serangan besar-besaran pasukan Zionis pada tahun lalu.
Baca Juga
Warga Gaza Meninggal akibat Serangan Israel Capai 186.000 Orang, 5 Kali Lipat dari Angka Resmi
Kepala keperawatan Rumah Sakit Indonesia Essam Nabhan mengatakan, rumah sakit kembali beroperasi sejak awal Juni setelah pasukan Israel ditarik dari kamp pengungsi Jabalia.
Meski demikian, rumah sakit yang dikelola LSM bantuan medis Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dengan bantuan warga sekitar tersebut baru bisa menerima pasien non-darurat.
Baca Juga
Rumah Sakit Indonesia di Gaza Beroperasi Kembali, Begini Kondisinya Sekarang
"Dengan keterbatasan fasilitas dan staf medis, kami berupaya untuk menyelamatkan warga. Sejak mulai beroperasi, kami tak mendapat sedikit pun bahan bakar. Kami belum bisa mengoperasikan ICU dan ruang operasi," ujarnya, kepada Al Jazeera, saat itu.
Rumah Sakit Indonesia menjadi satu-satunya fasilitas medis yang beroperasi di wilayah Gaza bagian utara. Ada lebih dari 600.000 warga yang masuk dalam jangkauan penanganan medis rumah sakit tersebut. Rumah Sakit utama di Gaza Utara, Al Shifa, hancur total akibat serangan pasukan Israel.
Nabhan menambahkan, sumber energi dari pasokan solar panel hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit selama 4 jam sehari, masih jauh dari kebutuhan.
Selain itu, perlengkapan dan obat-obatan juga masih jauh dari memadai. Dalam kondisi seperti itu, tak semua pasien bisa diterima oleh rumah sakit.
Editor : Anton Suhartono
Sentimen: negatif (100%)