Sentimen
Positif (100%)
1 Jul 2024 : 00.36
Informasi Tambahan

Event: vaksinasi

Kab/Kota: Sukabumi

Klarifikasi Kemenkes soal Bayi 3 Bulan di Sukabumi Meninggal Usai Imunisasi, Keluarga Enggan Autopsi

1 Jul 2024 : 00.36 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Klarifikasi Kemenkes soal Bayi 3 Bulan di Sukabumi Meninggal Usai Imunisasi, Keluarga Enggan Autopsi

PIKIRAN RAKYAT - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan klarifikasi terkait kasus bayi laki-laki berinisial MKA di Kota Sukabumi, Jawa Barat, yang dilaporkan meninggal usai menjalani program vaksinasi. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dialami bayi berusia 2 bulan 28 itu terjadi beberapa jam setelah mendapatkan imunisasi dengan empat jenis vaksin.

Vaksin yang diberikan kepada sang bayi berjenis Bacille Calmette-Guerin (BCG) untuk penyakit tuberkulosis (TB), Difteri-Pertusis-Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus Influenzae Type B (DPT-HB-Hib), Polio tetes, dan Rotavirus untuk pencegahan diare.

Dari hasil investigasi yang dilakukan Komite Daerah (Komda) KIPI Jawa Barat dan Pokja KIPI Kota Sukabumi bersama Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, bayi tersebut lahir dengan bantuan bidan dan sudah mendapatkan vitamin K juga vaksin hepatitis B. Namun setelah lahir, bayi yang berusia hampir 3 bulan ini tidak pernah dibawa ke Puskesmas.

Dia baru kembali dibawa oleh orangtuanya pada saat berusia 2 bulan 28 hari ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Imunisasi yang diberikan tenaga kesehatan terhadap bayi MKA ini merupakan imunisasi ganda, yaitu pemberian vaksin lebih dari satu jenis vaksin dalam sekali kunjungan.

Pemberian imunisasi dengan 4 jenis vaksin (BCG, DPT-HB-Hib, Polio, Rotavirus) itu dilakukan untuk melengkapi status imunisasinya, dan mengejar imunisasi yang belum didapatkan.

Pada saat di Posyandu, terdapat 18 anak yang mendapatkan imunisasi pada hari tersebut dan ada 3 anak yang mendapatkan empat jenis vaksin sama seperti bayi MKA. Kondisi mereka pada saat ini pun sehat.

Setelah menerima imunisasi, bayi MKA pulang ke rumah. Pada waktu itu, kondisi bayi normal. Namun tak berapa lama, dia menunjukkan gejala tubuh yang melemah.

Melihat kondisi sang anak tidak normal, orangtua bayi pun langsung menghubungi puskesmas. Petugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lanjutan.

“Pertolongan pertama diberikan karena petugas imunisasi langsung datang ke rumah almarhum dan membawa ke rumah sakit untuk memberikan pertolongan lanjutan,” ucap Ketua Komda KIPI, Kusnandi Rusmil pada Minggu 30 Juni 2024.

Sayang, sesampainya di rumah sakit, nyawa bayi MKA tidak terselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia. Peristiwa meninggalnya bayi ini dilaporkan terjadi pada 11 Juni 2024.

Atas meninggalnya bayi MKA, keluarga almarhum menginginkan kasus kematian bayi tersebut diselidiki lebih lanjut.

Jasad Bayi Harus Diautopsi

Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) merekomendasikan autopsi terhadap jasad bayi MKA yang dilaporkan meninggal diduga karena imunisasi ganda. Rekomendasi itu disampaikan, berdasarkan proses audit KIPI yang telah dilakukan bersama Komda KIPI Jawa Barat.

"Hasil audit berdasarkan informasi yang ada adalah belum dapat dinyatakan penyebab kematian, apakah ada hubungan dengan imunisasi. Rekomendasinya adalah dilakukan autopsi," kata Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Satari, Minggu 30 Juni 2024.

Hasil audit KIPI telah disampaikan secara langsung kepada pihak keluarga almarhum oleh Komnas dan Komda KIPI. Terkait rencana autopsi, pihak keluarga MKA tidak berkenan untuk dilakukan. Hal ini menyusul pihak keluarga yang juga mencabut tuntutan polisi dan kuasa hukum.

“Keluarga tidak berkenan untuk dilakukan autopsi dan mencabut tuntutan polisi dan kuasa hukum. Pihak keluarga menyatakan menerima kematian almarhum bayi MKA,” tutur Hindra Satari.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun sudah mengambil sampel vaksin yang disuntikkan kepada almarhum MKA. Pengambilan sampel vaksin dilakukan untuk menilai kualitas vaksin.

“BPOM juga mengambil sampel vaksin-vaksin yang diberikan kepada almarhum Bayi MKA. Sampel ini untuk dilakukan uji kualitas. Jadi, sedang dilakukan uji kualitas,” ujar Hindra Satari.

'Imunisasi Ganda Aman'

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine mengatakan bahwa keamanan imunisasi secara ganda atau lebih dari satu jenis vaksin telah direkomendasikan ahli.

"Imunisasi ganda sudah direkomendasikan oleh Indonesian Technical Advisory Group on Immunization dan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Imunisasi ganda ini aman dalam satu kali kunjungan,” ucapnya, Minggu 30 Juni 2024.

Prima Yosephine mengatakan bahwa pemberian vaksin sesuai jadwal imunisasi nasional dilakukan sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baik jadwal imunisasi rutin maupun kejar (catch up).

“Pemberian imunisasi kombinasi lebih dari satu antigen atau satu jenis vaksin sama aman dan efektifnya dengan imunisasi tunggal,” ujarnya.

Prima Yosephine mengungkapkan, beberapa vaksin atau kombinasi vaksin yang didapat dalam satu kunjungan penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit sedini mungkin.

"Hal ini juga memudahkan untuk menyelesaikan dosis yang dianjurkan tepat waktu," ucapnya.

Hal yang juga penting untuk diketahui bahwa menerima suntikan dosis ganda juga tidak membebani sistem kekebalan tubuh.

“Antigen yang ada dalam vaksin hanyalah sebagian kecil dibandingkan dengan apa yang secara alami ditemui oleh tubuh kita setiap hari,” kata Prima Yosephine.

Laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menunjukkan menerima kombinasi vaksin sekaligus tidak menimbulkan masalah kesehatan kronis. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk melihat dampak pemberian berbagai kombinasi vaksin.

Vaksin yang direkomendasikan terbukti efektif jika dikombinasikan maupun secara disuntikkan tunggal. Terkadang kombinasi vaksin tertentu yang diberikan bersamaan dapat menyebabkan demam. Akan tetapi, kondisi ini bersifat sementara dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

Prima Yosephine menuturkan, manfaat imunisasi ganda di Indonesia antara lain memberikan perlindungan secepat mungkin. Imunisasi diberikan tepat waktu secepat mungkin untuk melindungi anak pada usia yang rentan.

Selain itu, pemberian beberapa imunisasi secara bersamaan mengurangi jumlah kunjungan sehingga orangtua dan anak tidak perlu datang berulang kali ke fasilitas kesehatan.

"Imunisasi ganda mengurangi trauma pada anak, terutama kecemasan dan rasa sakit yang dirasa anak saat penyuntikan," tutur Prima Yosephine.

Selain itu, vaksinasi ganda juga meningkatkan efisiensi dan cakupan petugas kesehatan memiliki waktu untuk melakukan imunisasi ke lebih banyak anak, serta program kesehatan lainnya.***

Sentimen: positif (100%)