EDINBURGH, iNew.id - Penerbangan komersial antara Pulau Westray dengan Papa Westray di Skotlandia mencatat rekor sebagai yang terpendek di dunia. Penerbangan antara kedua pulau itu memakan waktu kurang dari 2 menit.

Penerbangan di Kepulauan Orknet menjadi pilihan warga setempat karena mereka menghadapi tantangan berat jika memilih menyeberang menggunakan kapal feri. Pasalnya arus laut di perairan itu sangat deras serta gelombang yang tinggi. Selain itu seringkali kapal tak bisa melakukan pelayaran karena gangguan cuaca.

Baca Juga

Bandara Incheon Ditutup 3 Jam gegara Serangan Balon Korut, Penerbangan Dialihkan

Kondisi tersebut membuat penerbangan antara Pulau Westray dan Papa Westray semakin populer, termasuk di kalangan turis. 

Biasanya penerbangan hanya berlangsung sekitar 90 detik. Bahkan, jika cuaca baik dan angin mendukung, penerbangan berlangsung tak sampai 1 menit.

Baca Juga

Daftar Maskapai Penerbangan Terbaik di Dunia, Ada dari RI?

Rekor penerbangan komersial terpendek di dunia pertama kali dipecahkan pada 1967 yakni melibatkan maskapai Loganair. Jarak tempuhnya hanya sekitar 3 km. Jarak tersebut bahkan lebih pendek daripada landasan pacu di sebagian besar bandara besar.

Penumpang diterbangkan menggunakan Britten-Norman Islander, pesawat kecil yang dioperasikan oleh satu pilot dengan daya tampung delapan kursi penumpang.

Baca Juga

Duh, Pesawat PM Selandia Baru Mogok di Papua Nugini ke Jepang Pakai Penerbangan Komersial

Dalam kondisi normal, penerbangan komersial terpendek di dunia berlangsung antara 90 hingga 120 detik. Namun jika cuaca tak mendukung, waktu tempat bisa hampir 3 menit.

Sementara itu penerbangan antara Westray dan Papa Westray dikritik karena berdampak buruk bagi lingkungan. Namun bagi penduduk Westray, yang hanya berjumlah 600 jiwa, dan Papa Westray, 90 jiwa, penerbangan ini merupakan penghubung penting antarpulau.

Pemerintah Skotlandia memberi subsidi ongkos pesawat bagi penduduk Kepulauan Orkney. Namun turis domestik maupun asing harus merogoh antara 17 hingga 45 poundsterling (Rp345.000-Rp938.000) untuk setiap tiket. 

Editor : Anton Suhartono