Sentimen
Negatif (100%)
23 Jun 2024 : 08.30
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Ibadah Haji

Kab/Kota: Mekah, Jeddah

Roundup: Mayoritas Jemaah Haji yang Meninggal Menggunakan Visa Ilegal

23 Jun 2024 : 08.30 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Roundup: Mayoritas Jemaah Haji yang Meninggal Menggunakan Visa Ilegal

PIKIRAN RAKYAT – Pelaksanaan Ibadah haji 1445 H dinodai dengan tragedi meningalnya lebih dari 1.000 jemaah haji yang berasal dari berbagai negara. Otoritas Arab Saudi mengungkapkan bahwa sebagian besar jamaah haji yang meninggal dunia tahun ini berangkat tanpa melalui jalur resmi atau menggunakan visa ilegal.

Kementerian Media Arab Saudi menjelaskan bahwa banyak dari mereka yang masuk ke Arab Saudi beberapa bulan sebelum musim haji hanya dengan visa kunjungan atau wisata biasa bukan visa yang dikhususkan bagi para jemaah haji.

“Individu-individu tersebut menetap di Makkah hingga musim haji tiba dan melaksanakan ibadah haji tanpa izin yang tepat,” ujar Kementerian Media Arab Saudi dalam pernyataan yang diterima di Jakarta pada Kamis 20 Juni 2024, dikutip dari Antara.

Otoritas Arab Saudi juga mengungkapkan bahwa Kementerian Luar Negeri Tunisia mengonfirmasi sebagian besar warganya yang meninggal saat berhaji tidak menggunakan visa haji, melainkan visa kunjungan, wisata, atau umrah. Hal serupa dilaporkan oleh Kementerian Luar Negeri Yordania, yang menyatakan semua warganya yang meninggal atau hilang saat berhaji tidak termasuk dalam rombongan haji resmi negaranya.

Musim haji tahun ini diwarnai oleh kenaikan suhu yang signifikan di Makkah, mencapai hingga 45 derajat Celsius. Jamaah yang berangkat secara ilegal tidak mendapatkan layanan akomodasi, makanan, atau transportasi yang disediakan untuk jamaah resmi, yang sangat penting untuk mengatasi dampak cuaca panas.

Baca Juga: 1.081 Jemaah Haji 2024 Meninggal Dunia, dari Indonesia Capai Angka 213 Jiwa

“Mereka pun rentan terhadap risiko kelelahan akibat panas, paparan sinar matahari, dan berjalan jauh di jalan kasar dan tidak beraspal yang memang bukan untuk digunakan pejalan kaki,” menurut pernyataan tersebut.

Setidaknya 550 orang dilaporkan meninggal dunia saat menjalankan ibadah haji di Arab Saudi akibat cuaca panas, menurut laporan AFP. Dari jumlah tersebut, 323 merupakan warga negara Mesir, sementara lebih dari 40 orang dari Yordania dan 35 dari Tunisia juga dilaporkan meninggal dunia.

Selain itu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah pada Senin 17 Juni 2024 melaporkan bahwa setidaknya 138 calon haji asal Indonesia wafat saat menunaikan prosesi ibadah haji. Sebagian besar dari mereka meninggal karena penyakit bawaan.

Jemaah Haji Ilegal Tak Dapat Fasilitas di Tengah Panas Ekstrem

Arab Saudi dilanda suhu panas ekstrem hingga 51,8 derajat Celsius di tempat teduh, yang diyakini menjadi faktor utama tingginya angka kematian di kalangan jamaah haji tahun ini. Apalagi jemaah haji yang menggunakan jalur resmi tidak memiliki fasilitas memadai untuk menangkal risiko panas ekstrem yang menghantui, padahal Kementerian Kesehatan Saudi telah mengeluarkan peringatan untuk menghindari paparan panas dan tetap terhidrasi.

Seorang diplomat Arab menyatakan bahwa ratusan jamaah asal Mesir yang meninggal dunia sebagian besar tidak memiliki izin haji resmi dari pemerintah Saudi, sehingga akses mereka terhadap bantuan menjadi sangat terbatas.

"Hanya berkat rahmat Tuhan saya bisa selamat, cuacanya sangat panas," kata Aisha Idris, seorang jamaah asal Nigeria, kepada BBC Newsday. Aisha menambahkan bahwa jamaah terpaksa menggunakan atap yang panas karena semua pintu Ka’bah ditutup.

Umat Islam dari seluruh dunia datang ke Ka'bah, bangunan di tengah Masjidil Haram, untuk beribadah. Aisha menjelaskan bahwa ia harus menggunakan payung dan terus-menerus menyiram dirinya dengan air Zamzam untuk bertahan dari panasnya cuaca.

Baca Juga: KKHI Pastikan Jemaah Haji yang Sakit atau Meninggal Ditangani Sesuai Prosedur

"Saya pikir saya mungkin akan pingsan, dan seseorang harus membantu saya membawa payung. Saya tidak menyangka panasnya akan begitu menyengat," tambahnya.

Kasus serupa dialami oleh Naim, seorang jamaah yang meninggal karena sengatan panas. Keluarganya menghabiskan waktu berhari-hari mencari keberadaannya.

"Komunikasi dengan ibu saya tiba-tiba terputus. Kami menghabiskan waktu berhari-hari mencari, hanya untuk mengetahui bahwa dia meninggal dunia saat menunaikan ibadah haji," kata putranya kepada BBC News Arab, menambahkan bahwa mereka akan memenuhi keinginan ibunya untuk dimakamkan di Mekah.

Data dari Kementerian Agama Indonesia tidak secara rinci menyebutkan penyebab kematian 200 jamaah asal Indonesia. Tahun lalu, jumlah jamaah haji asal Indonesia yang meninggal di Arab Saudi mencapai 773 orang, jumlah tertinggi sejak 2017. Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, pada tahun 2023, menyatakan bahwa suhu panas di Saudi yang hampir mencapai 50 derajat Celsius meningkatkan risiko dehidrasi bagi para jamaah. Hal ini juga disuarakan oleh pejabat Saudi yang mencatat lebih dari 2.000 kasus sengatan panas di kalangan jamaah haji.

Para jamaah haji menghadapi risiko tinggi akibat suhu panas yang tidak biasa, aktivitas fisik yang berat, dan kondisi ruang terbuka yang luas. Banyak dari mereka yang berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan yang tidak prima. Kematian akibat cuaca panas selama ibadah haji telah tercatat sejak tahun 1400-an, namun para ilmuwan memperingatkan bahwa pemanasan global akan memperburuk kondisi ini.

"Ibadah haji telah berlangsung di iklim panas selama lebih dari satu milenium, namun krisis iklim memperburuk kondisi ini," kata Carl-Friedrich Schleussner dari Climate Analytics kepada Reuters.

Penelitian Schleussner menunjukkan bahwa dengan kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius di atas suhu pra-era industri, risiko sengatan panas selama haji bisa meningkat lima kali lipat. Proyeksi saat ini menunjukkan bahwa suhu dunia akan mencapai 1,5 derajat Celsius pada tahun 2030-an, yang akan menambah tantangan bagi jamaah haji di masa depan.***

Sentimen: negatif (100%)