Sentimen
Positif (100%)
21 Jun 2024 : 07.44
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung

Kasus: Narkoba

Jokowi Turun Gunung Urus 'Narkoba' Kratom

21 Jun 2024 : 14.44 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Jokowi Turun Gunung Urus 'Narkoba' Kratom

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo akhirnya turun gunung untuk mengatur regulasi tata niaga hingga perdagangan kratom. Langkah ini diambil karena perdagangan kratom menimbulkan perdebatan dan belum satu suara antara kementerian/lembaga di Indonesia.

Kratom adalah tanaman herbal yang masuk dalam kategori New Psychoactive Substances (NPS). Mengutip dari situs Badan Narkotika Nasional, BNN telah merekomendasikan kratom untuk dimasukkan ke dalam narkotika golongan I dalam Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Karena hal ini, perdagangan kratom terutama ekspor menimbulkan perdebatan. Badan Karantina menegaskan ekspor kratom harusnya tak diperbolehkan dulu, menunggu keputusan hasil kajian yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Keputusan yang diambil harus ada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 kementerian terkait kratom, yaitu KSP, BNN, dan Kemenkes.

-

-

Sementara itu, Kementerian Perdagangan menegaskan ekspor daun kratom bebas dilakukan. Eksportir pun tak perlu mengurus Surat Persetujuan Ekspor (SPE) di Kemendag.

Untuk itu, Jokowi akhirnya mengumpulkan para menteri di Istana Negara, Kamis siang (20/6/2024). Dalam rapat tersebut hadir Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, serta Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Usai pertemuan tersebut, Mendag Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkapkan pemerintah akan mengatur regulasi tata niaga hingga perdagangan kratom. Rencananya Kemendag akan mendata pelaku usaha yang mau melakukan ekspor kratom. Sehingga para eksportir kratom harus mendaftar ke Kemendag.

"Kratom kan diekspor bebas, mutunya buruk, harganya murah. Tadi rapat memutuskan akan diatur tata niaganya Kratom agar mendag mengatur mengenai eksportir yang terdaftar sehingga mutu standarnya akan dikendalikan," kata Zulhas.

Ia mengatakan petani kratom saat ini bisa melakukan ekspor. Namun kualitas dan kuantitasnya tidak bisa distandarisasi sehingga merugikan petani karena harganya yang murah. Meski begitu ia tidak bisa memastikan aturan teknis yang akan dikeluarkan pemerintah, dalam bentuk apa maupun kapan dikeluarkan.

"Sekarang kan bebas (ekspor) yang bebas itu banyak diekspor harganya murah, merugikan petani kualitasnya buruk. Nah sekarang diatur agar terdaftar dan dikendalikan," katanya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengusulkan budi daya tanaman kratom harus naik kelas. Supaya bisa menjaga kualitas hasil produksi hingga tidak merugikan para petani.

Foto: Tanaman Kratom. (Dok. metrokota.bnn)
Tanaman Kratom. (Dok. metrokota.bnn)

Menurutnya saat ini ekspor tanaman kratom yang dilakukan oleh para petani, memiliki kualitas yang kurang baik. Hal itu membuat harga jual pun menjadi turun secara drastis. Sehingga budi daya yang memiliki standar harus dilakukan untuk menjaga nilai ekonomis dan meningkatkan kualitas. Saat ini Kementerian Pertanian tengah menunggu keputusan pasti terkait regulasi tata kelola tanaman kratom, yang masuk pada jenis tanaman hutan.

"Kalau nanti sudah ditentukan katakanlah di bawah menteri pertanian kami bisa melakukan pembinaan dan dibentuk dalam bentuk korporasi. Koperasi kita korporasikan, sehingga bisa tertata dan kualitas terjamin," timpal Amran.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga angkat bicara soal kratom. Dia mengungkapkan arahan dari Jokowi agar terus melanjutkan riset agar semakin jelas apakah tanaman kratom membahayakan bagi masyarakat atau tidak.

"Maka arahan dari presiden pertama supaya Kementerian Kesehatan, BRIN, dan BPOM lanjutkan riset sesungguhnya yang aman seberapa bagi masyarakat," ucap Moeldoko.

Menurut Moeldoko Kementerian Kesehatan sudah mengatakan bahwa Kratom sudah tidak masuk dalam kategori tanaman Narkotika. Sehingga perlu adanya riset lanjutan dari BRIN mengenai seberapa bahaya zat sedative yang terkandung dari Kratom. Targetnya pada Agustus ini riset yang dilakukan BRIN itu diharapkan sudah selesai.

Selain itu Moeldoko juga menjelaskan Kemendag diminta untuk mengatur tata niaga untuk melakukan standarisasi. Dengan kualitas produk yang diawasi oleh melalui ketentuan BPOM yang produknya di survey oleh Surveyor.

Jadi ekspor kratom dari Indonesia memiliki kualitas yang baik dan tidak mengandung kandungan bakteri, seperti yang terjadi sebelumnya. Lebih lanjut Moeldoko mengatakan, Kementerian Perdagangan juga akan menentukan eksportir secara terbatas sehingga kualitas produknya juga bisa terjaga.

"Sehingga tidak ada lagi kratom produk Indonesia yang mengandung bakteri ecoli, salmonela, logam berat, karena sudah ada eksportir kita di reject barangnya," terang Moeldoko.

Kratom memang terdengar asing bagi masyarakat Indonesia. Namun siapa sangka, daun herbal endemik Pulau Kalimantan itu sudah memberikan cuan bagi Indonesia.

Mengutip data BPS yang diolah Kemendag, nilai ekspor Kratom dengan HS 12119099 Indonesia sempat turun dari US$ 16,23 juta pada 2018 menjadi US$9,95 juta pada 2019. Kemudian, nilai ekspor Kratom kembali meningkat pada 2020, yakni US$13,16 juta dan terus menunjukkan tren meningkat hingga 2022.

Kinerja ekspor yang positif ini terus berlanjut pada 2023. Sepanjang Januari hingga Mei 2023, nilai ekspor kratom Indonesia tumbuh 52,04% menjadi US$7,33 juta atau sekitar Rp114,4 miliar (asumsi kurs Rp 15.648/US$).

Sementara itu, sejak 2018 hingga 2021 selalu mengalami penurunan secara volume dengan tren pelemahan sebesar -14,81 persen. Lalu pada 2022, volume ekspor kratom mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 87,90% menjadi 8.210 ton. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022, pertumbuhan positif terus berlanjut pada periode Januari hingga Mei 2023 dengan nilai pertumbuhan sebesar 51,49%.

Apabila melihat negara tujuan utama ekspor Kratom Indonesia, Amerika Serikat (AS) menduduki urutan pertama pada periode Januari-Mei 2023, yakni sebesar US$4,86 juta, diikuti Jerman sebesar US$0,61 juta, India sebesar US$0,44 juta, dan Republik Ceko sebesar US$0,39 juta.

Sementara itu, masyarakat telah memanfaatkan kratom selama berabad-abad sebagai obat alami untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, mulai dari meningkatkan stamina hingga mengobati diare. Seorang peneliti zat psikoaktif, Swogger bersama koleganya mengemukakan bahwa sejumlah orang yang mengonsumsi kratom mengalami efek seperti kecanduan. Efek yang dirasakan berupa perasaan rileks dan nyaman, serta euforia jika kratom digunakan dengan dosis tinggi.


[-]

-

Mendag Zulhas Bebaskan Ekspor 'Narkoba' Kratom, Tapi Wanti-Wanti Ini
(wur/wur)

Sentimen: positif (100%)