Sentimen
Negatif (96%)
14 Jun 2024 : 14.34
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Indonesia

Kab/Kota: Gunung

Kasus: korupsi

Tokoh Terkait

Modus baru penipuan berkedok sekstorsi

14 Jun 2024 : 21.34 Views 1

Alinea.id Alinea.id Jenis Media: News

Modus baru penipuan berkedok sekstorsi

Lebih banyak laki-laki, yakni 15,7%, dibandingkan perempuan, sebesar 13,4%, yang dilaporkan menjadi korban pemerasan seks. Sekitar 7,0% laki-laki dan 4,9% perempuan dilaporkan sebagai pelaku. Peserta penelitian berusia 18 hingga 24 tahun punya kemungkinan 1,95 kali lebih besar dibandingkan kelompok usia 35 hingga 49 tahun dan 3,07 kali lebih mungkin dibandingkan kelompok usia 50 hingga 64 tahun.

Menurut pakar telematika Abimanyu Wachijoewidajat, agar tak menjadi korban sekstoris, ia menyarankan tak perlu menghiraukan bila ada pendekatan dari orang yang tidak dikenal. Bukan soal uang, namun seseorang harus menjaga harga dirinya. Sebab, seseorang yang terjebak dalam situasi ini bakal dipermalukan.

Semua orang, katanya, bisa menjadi target pelaku, baik secara sengaja merekam maupun karena data dalam gawai tersebar atau bocor. “Meski berdasarkan laporan polisi, tidak banyak orang yang melaporkan kasus seperti ini ke aparat,” kata Abimanyu kepada Alinea.id, Selasa (11/6).

Sementara itu, pengamat komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan, sekstorsi awalnya dipakai dalam praktik korupsi dengan seks sebagai alat suap. Pemberi suap kemudian merekam aksi asusila secara diam-diam. Lalu, rekaman itu akan dipakai sebagai alat pemerasan.

Sedangkan dalam kasus yang menjerat ibu berinisial R dan AK, disebut Firman sebagai kondisi baru. Karena R dan AK diiming-imingi sejumlah uang sebagai modusnya oleh pelaku penipuan. Ia yakin, dua kasus itu hanya sebagian kecil, selayaknya gunung es, masih banyak kasus lain.

Ibu-ibu maupun remaja perempuan kerap dijadikan target. Mayoritas korban adalah kelompok rentan ekonomi, yang terpengaruh kehidupan hedonis maupun terbentur kebutuhan hidup.

“Jadi, ini modus baru dalam membuat konten yang tidak bisa dipisahkan dari konten porno sebelumnya,” kata pendiri Literos—lembaga yang menggerakkan literasi publik terkait perkembangan teknologi informasi digital—itu, Rabu (12/6).

Menurut Firman, kaitan dengan pornografi dan produksinya semakin nyata. Semisal, kasus rumah produksi film porno di daerah Jakarta Selatan yang dibongkar polisi pada September 2023 lalu. Lebih lanjut, kata Firman, produsen video asusila membutuhkan beragam konten baru agar semakin diburu warga.

“Karena akan langka orang yang mau melakukan itu, ibu melakukan (tindak asusila) dengan anaknya kan enggak masuk akal,” ucap Firman.

Sentimen: negatif (96.2%)