Resistensi Investor terhadap Transparansi ESG, Tantangan bagi Ekosistem Hijau Kelapa Sawit Kamis, 06/06/2024, 17:28 WIB
Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News
Laporan Centre for Governance and Sustainability (CGS) National University of Singapore (NUS) Business School menemukan adanya resistensi investor terhadap perusahaan kelapa sawit yang transparan dalam pelaporan ESG (Environmental, Social, and Governance). Hasil studi ini mengungkapkan bahwa semakin transparan perusahaan tentang inisiatif hal tersebut, semakin rendah nilai mereka dalam mata investor.
Direktur CGS di NUS Business School, Profesor Lawrence Loh menyatakan hal ini perlu diubah, menurutnya investor perlu memperhatikan dampak tanggung jawab ESG, tidak hanya pada kinerja dan nilai keuangan perusahaan tetapi juga pada kinerja non-keuangan.
Baca Juga: Mega Proyek Era Jokowi Ditinggalkan Bosnya, Hasto PDIP: Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Aja Delay...
"Tujuan utama dari tanggung jawab ESG adalah untuk memasukkan norma-norma yang dapat diterima secara sosial ke dalam aktivitas bisnis untuk mencapai tujuan keberlanjutan demi kebaikan masyarakat," ujarnya dilansir dari keterangan tertulis yang diterima Kamis (6/6).
Ia menyayangkan bagaimana investor sektor kelapa sawit secara tidak langsung mendukung praktik tidak berkelanjutan, yang berkontribusi pada degradasi lingkungan. Padahal, perusahaan kelapa sawit telah berupaya beralih ke produksi yang lebih berkelanjutan sesuai regulasi.
"Para investor mungkin belum sepenuhnya memahami keuntungan jangka panjang dari tata kelola keberlanjutan," jelas Profesor Loh.
Untuk Indonesia, dirinya mengungkit bagaimana negara ini merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit di dunia, menghasilkan 59% dari total produksi global. Sektor ini menyediakan pekerjaan bagi sekitar 17 juta orang dan memanfaatkan lebih dari 14 juta hektar perkebunan. Meskipun peraturan terbaru di Indonesia mewajibkan perusahaan publik dan lembaga keuangan untuk menyerahkan laporan keberlanjutan, tren transparansi ini kurang terlihat di sektor kelapa sawit.
Rekomendasi untuk Pemerintah, Investor, dan Perusahaan
Profesor Loh menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, perusahaan kelapa sawit, dan investor untuk mencapai keberlanjutan:
Peran Pemerintah Memperkuat legislasi dan kebijakan yang memberikan insentif bagi perusahaan untuk berinovasi dan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan. Berinvestasi dalam teknologi yang membantu perusahaan meningkatkan pelaporan ESG, terutama bagi perusahaan skala kecil. Peran Investor Memahami dan menghargai keuntungan jangka panjang dari tata kelola keberlanjutan. Mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan norma-norma sosial yang dapat diterima dalam aktivitas bisnis mereka. Peran Perusahaan Berkomunikasi dan mendidik pemangku kepentingan tentang upaya ESG mereka. Mengatasi kekhawatiran stakeholder yang muncul untuk meningkatkan reputasi dan kepercayaan investor.Studi ini menunjukkan perlunya usaha lebih untuk membuktikan bahwa keberlanjutan dan profitabilitas tidak saling bertentangan. Dengan upaya bersama dari pemerintah, perusahaan kelapa sawit, dan investor, keberlanjutan di sektor ini dapat ditingkatkan, sekaligus meningkatkan kepercayaan investor terhadap inisiatif keberlanjutan.
Baca Juga: Asian Agri Dorong Petani Sawit Naik Kelas Dengan TOPAZ
Adapun data untuk studi ini diperoleh dari laporan keuangan 36 perusahaan kelapa sawit yang terdaftar di bursa saham di berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Jepang, dan Inggris. Analisis dilakukan menggunakan Sustainability Policy Transparency Toolkit (SPOTT), yang mencakup 182 indikator dalam sepuluh kategori. Skor diberikan berdasarkan transparansi pengungkapan ESG perusahaan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Sentimen: netral (98.5%)