Sentimen
Negatif (99%)
21 Mei 2024 : 07.35
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Trisakti

Kab/Kota: Koja

Kasus: kebakaran

Tokoh Terkait

Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, "Bekingan" Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

21 Mei 2024 : 07.35
Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, "Bekingan" Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam menertibkan juru parkir (jukir) liar yang sudah dilakukan beberapa hari terakhir dinilai tidak efektif.

Di sisi lain, ada beberapa faktor yang membuat para jukir liar di Jakarta sulit diberantas, mulai persoalan bekingan hingga profesi menjadi ladang uang.

Belum lagi, solusi yang ditawarkan Pemprov DKI berupa pekerjaan pengganti profesi mereka belum bisa terealisasi.

Baca juga: Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Jukir Liar Minimarket: RW yang Nanggung

Bekingan terlalu kuat

Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah mengatakan, bekingan para jukir liar di Jakarta menjadi faktor terbesar sulitnya mereka diberantas.

"Ada bekingan itu. Ada kelompok kesukuan, petugas entah itu dari kalangan penegak hukum sendiri. Bahkan hingga parpol karena itu banyak," ujar Trubus saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/5/2024) malam.

Contoh yang membuktikan para jukir liar sulit ditertibkan yakni munculnya mereka kembali ke minimarket. Salah satunya berada di minimarket di Koja, Jakarta Utara.

Berdasarkan keterangan jukir liar di minimarket, bahwa mereka dilindungi oleh ketua RW di lingkungannya jika ada penertiban dari Dishub dan Satpol PP DKI.

Baca juga: Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Menurut Trubus, keterlibatan untuk melindungi jukir liar bukan saja Ketua RT, melainkan yang terkuat adalah sekelompok ormas hingga oknum aparat keamanan.

"Jadi tidak akan mampu (menertibkan jukir liar). Jadi jangka pendek saja, kalau ngomong parkir liar ini seperti ngomog kaset rusak," kata Trubus.

Ladang cuan

Bukan saja soal bekingan, jukir liar di Jakarta sulit ditertibkan karena profesi yang menjadi persoalan bertahun-tahun itu dibiarkan tumbuh subur hingga menjadi lahan basah mencari uang.

"Kalau saya melihatnya ini, satu kalau itu adalah lahan basah. Selama ini dijadikan ladang cuan bagi kelompok tertentu," kata Trubus.

Baca juga: Sudah Berusia 70 Tahun, Mian Pesimistis Pemprov DKI Beri Pekerjaan buat Jukir Liar Lansia

Hampir semua para jukir liar itu memberikan sebagian uang hasil parkir kepada sejumlah kelompok atau perorangan yang menjanjikan untuk membekingi.

Belum lagi, menurut Trubus, operasi penertiban jukir liar yang dilakukan Dishub dan Satpol PP DKI hanya dilakukan beberapa hari saja, sehingga menjadi upaya jangka pendek.

"Kedua saya melihat ini kebijakan yang dilakukan oleh Pak Heru Budi ini seperti hanya pemadam kebakaran gitu. Kalau tidak ada solusi, bakal muncul terus," kata Trubus.

Setor ke Ketua RW

Salah satu jukir liar minimarket di Koja, Mian (70) tetap memilih bekerja seperti biasa meski sudah ditertibkan. Alasannya karena uang hasil markir untuk makan.

Baca juga: Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan Gimana kalau Dilarang?

Sentimen: negatif (99.6%)