Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Pertamina
Kab/Kota: Senayan
Tokoh Terkait
Prabowo Sampai Bos Pertamina Ungkap RI Bisa Setop Impor Bensin!
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk membawa Indonesia menuju swasembada energi sekaligus berupaya menghentikan impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Salah satu caranya yakni menggenjot pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN).
Semula, Prabowo buka-bukaan, bahwa Indonesia saat ini masih mengimpor BBM khususnya solar hingga senilai US$ 20 miliar setara Rp 318,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.942 per US$) per tahunnya.
Dengan impor BBM jenis solar tersebut, ia berkomitmen ke depan Indonesia akan beralih dari penggunaan energi fosil ke sumber energi yang lebih 'bersih' seperti BBN.
"Kami ingin beralih ke bahan bakar ramah lingkungan secepatnya, kami ingin memproduksi solar dari minyak sawit dan ini akan menjadi pendorong pertumbuhan yang sangat kuat," ujarnya dalam Qatar Economic Forum, dikutip Rabu (22/5/2024).
Prabowo optimistis penggunaan bahan bakar nabati sebagai pengganti BBM akan menghemat anggaran negara. Terutama untuk solar yang anggarannya mencapai US$ 20 miliar per tahun. "Kami mengimpor bahan bakar diesel senilai US$ 20 miliar setiap tahun. Jadi bisa dibayangkan penghematan yang akan kita dapatkan ketika beralih ke biofuel," ungkapnya.
Segendang sepenarian, PT Pertamina (Persero) juga berupaya mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM dan mulai beralih ke energi alternatif melalui pengembangan BBN.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan upaya mengurangi impor BBM dilakukan dengan meningkatkan ketahanan energi, keterjangkauan energi, aksesibilitas energi, hingga keberlanjutan energi. Beberapa diantaranya bisa melalui pengembangan program bioenergi seperti biodiesel, biogasoline, dan bioavtur.
"Kami yakin masih banyak potensi keberlanjutan di Indonesia, kami dapat meningkatkan program bioenergi, biodiesel, bio gasoline, bahan bakar penerbangan berkelanjutan, dan juga carbon offsetting seperti natural base solution dan CCUS," ujar Nicke.
Saat ini Pertamina mendorong penggunaan bahan bakar berbasis nabati untuk jenis bahan bakar diesel melalui pencampuran antara BBM dengan bahan bakar basis sawit sebesar 35% (B35). Adapun pencampuran olahan sawit dengan BBM tersebut akan terus dikembangkan hingga mencapai B60.
"Salah satu program prioritas kami adalah biofuel. Kami mulai dengan B35 saat ini dan kami akan menambahkan pencampuran hingga B60. Dan dari B25 sebenarnya kita sudah mengurangi emisi karbon sekitar 32,7 juta ton CO2 per tahun jadi kita akan tambah lagi hingga B60 sesuai dengan kebijakan energi nasional," jelasnya.
Untuk jenis biogasoline, pihaknya saat tengah mengembangkan campuran bioetanol atau bahan bakar basis tetes tebu (molase) dengan BBM. Saat ini, perusahaan telah menjual secara komersial BBM dengan campuran bioetanol sebesar 5% (E5) yakni pada produk BBM Pertamax Green 95.
Kelak, bioetanol akan mencapai E40 atau pencampuran hingga 40% pada BBM. "Bioetanol, sekarang kita mulai dari bahan bakar non subsidi dengan nama E5 dan E7 Pertamax Green 92 dan 94 dan kita akan tambahkan blendingnya hingga E40 untuk semua bahan bakar," bebernya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor BBM solar jenis High Speed Diesel (HSD) periode Januari-Februari 2024 secara volume mencapai 1,2 juta ton dengan nilai US$ 939,1 juta. Mayoritas HSD diimpor dari Singapura, Uni Emirat Arab, Malaysia, dan lainnya.
Sementara itu, nilai impor minyak mentah RI selama periode Januari-Februari 2024 mencapai US$ 1,5 miliar atau Rp 25,5 triliun, dengan volume 2,6 juta ton.
Berdasarkan data BPS, impor minyak mentah RI mayoritas berasal dari Arab Saudi, Angola, Nigeria, Amerika Serikat, Australia, dan negara lainnya. Berikut data impor minyak mentah RI hingga Februari 2024:
1. Arab Saudi secara volume sebesar 735 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 439 juta.
2. Angola secara volume sebesar 618,3 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 350 juta.
3. Nigeria secara volume sebesar 503 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 296 juta.
4. Amerika Serikat secara volume 214 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 139 juta.
5. Australia secara volume 153 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 102 juta.
6. Lainnya secara volume 413 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 243 juta.
[-]
-
Prabowo Sapa Titiek Soeharto, Istora Senayan Bergemuruh(pgr/pgr)
Sentimen: positif (99.9%)