Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: iKON
Kab/Kota: bandung, Cimahi
Kasus: kecelakaan
Tokoh Terkait
Proyek Besar Jembatan Selat Sunda Ini Batal Dilanjutkan Presiden Jokowi, Ternyata Ini Alasannya
Ayobandung.com Jenis Media: Nasional
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM - Fungsi utama jembatan adalah memungkinkan manusia, kendaraan, dan barang untuk melintasi rintangan dengan aman dan efisien.
Jembatan adalah struktur yang dibangun untuk menghubungkan dua tempat yang terpisah oleh rintangan alam seperti sungai, jurang, atau lembah.
Selain itu, jembatan sering menjadi ikon arsitektur yang menggabungkan keindahan dengan teknologi canggih di zaman modern ini.
Salah satu jembatan yang akan dibahas di sini adalah Jembatan Selat Sunda (JSS).
Baca Juga: Play 'N' Learn Terbesar di Indonesia Hadir di Summarecon Mall Bandung, Sajikan Kegembiraan Tanpa Batas untuk Anak-anak!
Jembatan Selat Sunda ialah proyek besar yang bertujuan menghubungkan Jawa dan Sumatera, dengan panjang sekitar 27-30 km melintasi Selat Sunda.
Adapun proyek ini mencakup berbagai jenis jembatan dan jalan di atas pulau-pulau terdekat.
Melansir dari YouTube INFO PAGI, proyek ini awalnya diprakarsai oleh Profesor Sedyatmo pada tahun 1960.
Namun, baru terlaksana pada tahun 1989 dengan penyelesaian terowongan tanel.
Baca Juga: Idaman Banget! 10 Kelebihan Perempuan Sunda, Nomor 6 Bikin Adem
Pada tahun 1997, BJ Habibie diberi tugas untuk melakukan riset teknologi jembatan di Eropa terkait proyek ini.
Baru-baru ini terungkap alasan mengapa Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi batal melanjutkan pembangunan Jembatan Selat Sunda.
Meskipun telah dilakukan uji kelayakan dan terdapat kebutuhan transportasi yang besar, Presiden Joko Widodo menolak proyek ini.
Jokowi berpendapat ada dampak sosial dan ekonomi yang diperkirakan akan signifikan.
Baca Juga: 7 Daftar Calon Provinsi Baru di Pulau Sulawesi Diwacanakan Akan Dimekarkan, Ada Kepulauan Nisa hingga Buton
Menurutnya, pembangunan Jembatan Selat Sunda dapat menyebabkan ketimpangan sosial dan ekonomi yang besar.
Proyek infrastruktur besar seperti ini cenderung menyebabkan pertumbuhan pembangunan yang tidak merata, dengan fokus hanya di wilayah Jawa dan Sumatera.
Selain itu, penguasaan lahan oleh beberapa pihak akan menyebabkan lonjakan harga tanah, yang pada gilirannya menciptakan ketidakstabilan dalam suplai dan permintaan.
Fenomena ini bisa memperburuk kesenjangan yang ada, menguntungkan hanya sebagian kecil populasi sementara masyarakat luas tetap terpinggirkan.
Baca Juga: Sopir Angkot Rombongan Siswa SMP Cimahi yang Kecelakaan Diduga Tenggak Miras
Keputusan ini sejalan dengan konsep kemaritiman dan keberlanjutan ekonomi yang lebih merata di seluruh Indonesia.
Apakah JSS akan menjadi pusat sentralisasi di masa depan masih menjadi pertanyaan yang terbuka.
Sebab diskusi mengenai pembangunan JSS terus berlanjut sebagai alternatif untuk mempermudah pasokan barang antara Jawa dan Sumatera.***
Sentimen: positif (100%)