Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Tokoh Terkait
Kenapa banyak PMI atau TKI Ingin ke Jepang
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Jepang menjadi salah satu negara yang banyak dijadikan tujuan kerja bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Tidak sedikit orang yang berangan-angan dapat bekerja di Jepang.
Lalu, kenapa banyak PMI atau TKI ingin ke Jepang? Salah satu alasan umumnya yaitu karena gaji yang besar. Selain itu, Jepang menawarkan berbagai keunggulan jika dibandingkan negara Asia lainnya.
Berikut, alasan mengapa banyak PMI atau TKI ingin ke Jepang:
Jika alasan utama bekerja di luar negeri karena gaji yang besar, Jepang bisa menjadi pilihan yang baik. Upah minimum bekerja di Jepang berkisar antara Rp15-30 juta per bulan. Tentu saja, tingginya gaji tersebut berbanding lurus dengan biaya hidup di Jepang yang juga jauh lebih tinggi dari Indonesia.
Kesempatan Bekerja di Perusahaan Besar Dunia
Jepang terkenal dengan berbagai perusahaan besar di bidang otomotif dan teknologi. Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang telah diakui kualitasnya secara internasional.
Oleh karena itu, bekerja di perusahaan besar di Jepang juga merupakan peluang emas bagi PMI atau TKI.
Pengalaman dan Tantangan Baru
Bekerja di luar negeri tentunya akan memberikan pengalaman tersendiri bagi PMI atau TKI, baik dari gaya hidup, budaya, dan faktor lainnya. Ini juga yang membuat Jepang dikenal sebagai negara yang sangat disiplin.
Lingkungan kerja di Jepang tentu sangat berbeda dengan Indonesia, karena itu PMI atau TKI akan mengalami pengalaman dan tantangan baru sekaligus.
Alami Kehidupan di Negara 4 Musim
Jepang merupakan negara Asia yang memiliki 4 musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Jika dibandingkan dengan Indonesia yang hanya memiliki 2 musim, PMI atau TKI tentu bisa merasakan pengalaman baru tinggal di negara 4 musim yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Indonesia.
Budaya Jepang yang Menarik
Budaya Jepang telah menarik hati masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Dengan bekerja di Jepang, PMI atau TKI bisa belajar tentang budaya Jepang dengan lebih dekat.
Jepang selalu menawarkan inovasi yang menarik dan unik. Itu sebabnya Jepang selalu bisa menjadi pilihan utama untuk bepergian dan bekerja
PMI ke Jepang Meningkat
Dubes Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi mengatakan bahwa migrasi PMI atau TKI meningkat tajam ke Jepang dibandingkan mahasiswa. Dia berharap, kerja sama Indonesia dan Jepang di bidang pendidikan dan inovasi terus ditingkatkan.
"Saya ingin menyampaikan kerja sama Indonesia-Jepang itu sebaiknya untuk bidang pendidikan, penelitian, dan inovasi itu sudah berjalan cukup lama, tapi tadi disampaikan flat saja," ucapnya saat menghadiri simposium ASEAN dengan Jepang di Auditorium B.J. Habibie, Gedung BRIN, Jakarta Pusat, Selasa 25 Juli 2023.
Heri Akhmadi menyebut, hambatan utama dalam hal ini adalah bahasa. Oleh karena itu, Jepang memiliki program untuk membantu warga negara lain yang ingin belajar dalam hal bahasa.
"Karena itulah beberapa pembicaraan ini hambatan terbesarnya adalah soal bahasa soal Nihonggonya atau bahasa Jepang. Japan Foundation itulah yang ditugaskan oleh pemerintah Jepang untuk membantu pengembangan bahasa di negara-negara lain," ujarnya.
Heri Akhmadi mengatakan, pemerintah ingin fokus kepada migrasi dalam bidang pendidikan hingga riset ke Jepang. Namun, pada saat ini yang justru meningkat adalah jumlah pekerja migran.
"Ke Jepang ini migrasi tidak terbatas, seperti tadi yang disampaikan Kepala BRIN, lebih fokus pada peneliti, mahasiswa, dan lainnya. Tapi yang melonjak pesat justru pekerja migran kita Jepang baru buka satu tahun jumlahnya sudah double, sebelum pandemi 36 ribu orang dan sekarang sudah mencapai 70 ribu orang. Dugaan saya sampai akhir tahun ini bisa mencapai 100 ribu orang, karena cepat sekali," tuturnya.
PMI Diminati di Jepang
PMI atau TKI di Jepang terus naik, melonjak 192 persen. Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi mengatakan bahwa etos kerja yang baik dan keakraban terhadap budaya Jepang menjadi salah satu faktor yang membuat PMI atau TKI amat diminati di Jepang.
“Orang Indonesia itu sangat rajin bekerja dan sudah memiliki rasa kedekatan dengan budaya Jepang,” katanya dalam agenda buka puasa bersama tokoh-tokoh Islam Indonesia di Kediaman Duta Besar Jepang di Jakarta, Rabu 20 Maret 2024.
Karena keakraban dengan budaya Jepang itulah, PMI atau TKI dapat dengan mudah diterima di pasar kerja Jepang serta kerasan bekerja di Negeri Matahari Terbit. PMI atau TKI pada saat ini sudah tersebar di berbagai sektor ekonomi di Jepang, seperti di bidang pertanian, perikanan, perawatan, dan manufaktur.
Masaki Yasushi pun mengutarakan harapannya agar PMI dapat belajar banyak keterampilan saat bekerja di Jepang supaya saat pulang ke Indonesia dapat membawa ilmu yang bermanfaat tersebut untuk sejawatnya di Tanah Air. Dengan demikian, transfer ilmu pengetahuan dapat berjalan dan menguntungkan Indonesia.
“Harapan kami supaya semakin banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Jepang dan (nantinya) kembali ke Indonesia dengan keterampilan yang sangat tinggi supaya menguntungkan kedua negara,” ujarnya.
Masaki Yasushi juga menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus menjamin lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi PMI atau TKI di Jepang. Kerja sama bilateral bidang ketenagakerjaan antara Indonesia dan Jepang yang telah dilakukan, selain program pemagangan, juga penempatan PMI atau TKI, pengembangan layanan ketenagakerjaan, dan penugasan Penasihat JICA bidang Ketenagakerjaan dan pengembangan SDM di Kementerian Ketenagakerjaan.
Sudah lebih dari 100.000 pekerja Indonesia dikirim ke Jepang dalam program kerja sama pemagangan yang sudah terjalin selama 30 tahun. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, ribuan pekerja Indonesia saat ini juga bekerja sebagai perawat di Jepang.
Mereka dikirim melalui 16 gelombang penempatan yang dilakukan di bawah implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) sejak 2008 hingga 2023
"Total jumlah penempatan nurse sebanyak 754 orang dan 3.196 orang caregiver, " ucap Ida Fauziyah.***
Sentimen: positif (100%)