Sentimen
Negatif (86%)
8 Mei 2024 : 16.23
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait

Konsumsi Warga RI 'Kurang Nampol' di Kuartal I, Ini Penyebabnya!

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

8 Mei 2024 : 16.23
Konsumsi Warga RI 'Kurang Nampol' di Kuartal I, Ini Penyebabnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 tumbuh sebesar 5,11%. Sayangnya, pertumbuhan ini belum dibarengi oleh kinerja konsumsi rumah tangga yang maksimal.

Konsumsi rumah tangga mencapai 4,91% pada kuartal I-2024. Padahal dalam periode tersebut terdapat momen yang seharusnya mampu mendorong pertumbuhan konsumsi, yakni Lebaran dan Pemilu 2024.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini belum pulih ke tingkat sebelum pandemi Covid-19. Sebab, sebelum pandemi menghantam, konsumsi rumah tangga biasanya tumbuh di sekitar 5% yoy. Faktor utama penghambat pertumbuhan ini, kata dia, adalah kemarau panjang yang disebabkan oleh El Nino.

-

-

"Faktor utama yang menghambat pertumbuhan ini adalah efek El Nino, yang telah menyebabkan melonjaknya inflasi makanan," kata dia.

Peneliti Ekonomi Makro dan Keuangan Indef Riza Annisa Pujarama mengatakan minimnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu menunjukkan ada permasalahan dalam daya beli masyarakat. Menurut dia, apabila daya beli masyarakat baik-baik saja, seharusnya pertumbuhan ekonomi bisa lebih dari 5,11%.

"Kalau daya beli masyarakat masih baik-baik saja, itu harusnya bisa mendongkrak lebih dari 5,11%," tegasnya.

Riza mendetailkan penurunan daya beli utamanya disebabkan oleh inflasi bahan pangan akibat efek El Nino. Dia mengatakan pendapatan masyarakat habis untuk konsumsi pangan. Dia mengatakan tekanan pada daya beli itu terlihat dari data pembelian pakaian dan alas kaki, serta jasa perawatan yang tumbuh terbatas.

"Kalau lebaran permintaan garmen biasanya naik. Namun kita lihat trennya menurun di Q1," ujarnya.

Riza mengatakan data penerimaan APBN mengkonfirmasi terjadinya penurunan daya beli masyarakat ini. Dia mengatakan penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terkontraksi dalam laporan APBN kuartal I.

"PPN itu turun cukup dalam ini merefleksikan adanya penurunan daya beli masyarakat," tegasnya.

"Mereka menahan konsumsinya apalagi di kelas menengah yang tidak mendapat bantalan sosial," kata dia.

Dia mengatakan kondisi kelas menengah saat ini terjepit. Di satu sisi, pendapatan mereka cenderung stagnan bahkan tergerus oleh inflasi. Akan tetapi, mereka tak mendapatkan bantuan sosial.

"Jadi otomatis mereka akan menahan konsumsinya," pungkas Riza.


[-]

-

Menko Airlangga Beberkan Penyebab Kelas Menengah RI Malas Belanja
(haa/haa)

Sentimen: negatif (86.5%)