Transformasi Ekonomi RI Dianggap Masih Prematur, Ini Alasannya!
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Development of Economic and Finance (Indef) mencatat sektor jasa seperti komunikasi hingga e-commerce tumbuh tinggi pada kuartal I 2024.
Pertumbuhan itu menandakan konsumsi masyarakat RI mulai bergeser ke sektor tersier. Namun, transformasi ini dianggap tidak diimbangi dengan perkembangan serupa di manufaktur dalam negeri.
"Kalau kita lihat di berita resmi, sektor jasa nyaris tumbuh semuanya di atas pertumbuhan ekonomi," kata peneliti Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus dalam diskusi Indef, Selasa, (7/5/2024).
Heri mencatat kenaikan sektor jasa ini terjadi di sektor transportasi, akomodasi, makanan, minuman, informasi dan komunikasi. Dia menilai pertumbuhan sektor ini dipicu oleh perubahan perilaku konsumen.
"Berubahnya perilaku konsumen banyak melakukan permintaan terhadap sektor tersier, maka sektor-sektor ini juga tumbuh," kata Heri.
Heri menilai transformasi perekonomian suatu negara dari sektor primer ke sekunder dan tersier sebenarnya alami. Tapi, perubahan itu harus dipastikan tidak meninggalkan dampak negatif pada perekonomian. Caranya, pertumbuhan sektor tersier, harus diimbangi dengan perkembangan industri dalam negeri.
Sayangnya, Heri belum melihat kondisi tersebut terjadi di Indonesia. Dia mengatakan sisi konsumen jauh lebih siap dengan transformasi ini. Namun, sisi industri dalam negeri belum.
"Dari sisi konsumen sepertinya sudah lebih siap untuk transformasi, terlihat dari permintaan untuk sektor informasi dan komunikasi, lalu perdagangan yang sifatnya e-commerce, jadi kebutuhan akan sektor tersier semakin tinggi," ujarnya.
Heri menilai perkembangan sektor tersier ini seharusnya mampu dimanfaatkan untuk pertumbuhan sektor sekunder, seperti industri manufaktur. Dengan demikian, barang-barang yang diperdagangkan merupakan produksi dalam negeri.
"Ke depannya, berkembangnya sektor tersier ini harus bisa berdampak pada meningkatnya pertumbuhan di sektor sekunder," ungkap dia.
"Potensi peningkatan nilai tambah di sisi sekunder itu masih cukup luas, industrialisasi juga masih sangat berpotensi, apalagi pemerintah sedang gencar hilirisasi," katanya melanjutkan.
[-]
-
Video: Jelang Ramadan, Pengusaha Waspada Lonjakan Makan Impor(haa/haa)
Sentimen: netral (94.1%)