Sentimen
Positif (76%)
7 Mei 2024 : 06.12
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Palu

Tokoh Terkait

Bukan Heatwave, Ini Penjelasan BMKG Soal Cuaca Panas yang Melanda RI

7 Mei 2024 : 13.12 Views 1

Medcom.id Medcom.id Jenis Media: News

Bukan Heatwave, Ini Penjelasan BMKG Soal Cuaca Panas yang Melanda RI

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia bukan diakibatkan oleh heatwave atau gelombang panas.   Kepala BMKG Dwikorita Karnawati membenarkan bahwa gelombang panas sedang melanda beberapa negara di Asia, seperti Thailand dan Kamboja. Tetapi, cuaca panas yang terjadi di Indonesia bukan karena gelombang panas.   “Khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” ujar Dwikorita dalam keterangannya, Senin, 6 Mei 2024.   Dwikorita menjelaskan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Sehingga, ada kemungkinan terjadi penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.   Hal tersebut yang menjadi penyebab tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.   Dwikorita mengungkapkan pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan merupakan penyebab suhu panas terjadi.   Kondisi ‘gerah’ yang dirasakan masyarakat Indonesia, tambah dia, juga merupakan suatu hal yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembapan yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.   "Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara. Kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," terangnya.   Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.     Suhu maksimum di Indonesia Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan bahwa suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu yakni mencapai 37,8°C pada 23 April lalu.   Suhu udara maksimum di atas 36,5°C juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada tanggal 21 April di Medan; mencapai 37,0°C di Sumatera utara; sebesar 37.8°C di Saumlaki, Maluku; dan sebesar 37,8°C di Palu, Sulawesi Tengah.   Ardhasena mengatakan, berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8% wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) yang telah memasuki musim kemarau.     Adapun wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara.   Sedangkan pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulau Jawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.   "Meskipun demikian, sekitar 76% wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan," tutur Ardhasena.

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia bukan diakibatkan oleh heatwave atau gelombang panas.
 
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati membenarkan bahwa gelombang panas sedang melanda beberapa negara di Asia, seperti Thailand dan Kamboja. Tetapi, cuaca panas yang terjadi di Indonesia bukan karena gelombang panas.
 
“Khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” ujar Dwikorita dalam keterangannya, Senin, 6 Mei 2024.
 
Dwikorita menjelaskan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Sehingga, ada kemungkinan terjadi penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.
 
Hal tersebut yang menjadi penyebab tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.
 
Dwikorita mengungkapkan pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan merupakan penyebab suhu panas terjadi.
 
Kondisi ‘gerah’ yang dirasakan masyarakat Indonesia, tambah dia, juga merupakan suatu hal yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembapan yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.
 
"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara. Kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," terangnya.
 
Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.
 
    Suhu maksimum di Indonesia Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan bahwa suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu yakni mencapai 37,8°C pada 23 April lalu.
 
Suhu udara maksimum di atas 36,5°C juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada tanggal 21 April di Medan; mencapai 37,0°C di Sumatera utara; sebesar 37.8°C di Saumlaki, Maluku; dan sebesar 37,8°C di Palu, Sulawesi Tengah.
 
Ardhasena mengatakan, berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8% wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) yang telah memasuki musim kemarau.
 
 
 
Adapun wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara.
 
Sedangkan pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulau Jawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.
 
"Meskipun demikian, sekitar 76% wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan," tutur Ardhasena.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(UWA)

Sentimen: positif (76.2%)