Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Rezim Orde Baru
Kab/Kota: Labuan Bajo
Tokoh Terkait
RI Pernah Swasembada, Kenapa Kini Minta Ilmu Tanam Padi ke China?
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah RI mengajak China bekerja sama membangun ketahanan pangan di Indonesia. Salah satu tujuannya adalah menjadikan Indonesia sebagai lumbung padi.
Hal itu terungkap dari video unggahan Menko bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinvest) Luhut Binsar Pandjaitan di akun Instagram resmi miliknya. Dalam video itu, Luhut menjabarkan sederet hasil pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam 4th High-Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) di Labuan Bajo, beberapa waktu lalu.
Menurut Luhut, pertemuan tersebut menjadi bukti, pada periode pemerintahan selanjutnya, Indonesia akan terus melanjutkan kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan meneruskan persahabatan yang kuat dan kerja sama yang konstruktif antara Indonesia dan China.
Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah di bidang pertanaman padi.
"Kita minta mereka memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sukses swasembada dan mereka bersedia. Kita sekarang tinggal cari local partnernya di Kalteng (Kalimantan Tengah). Karena tanahnya itu sudah ada sejak dulu, sudah sampai 1 juta hektare (ha). Tapi kita akan mulai bertahap dengan 100-200 ribu dulu," katanya, dikutip Jumat (26/4/2024).
"Dan, offtakernya adalah Bulog. Kita berharap dalam 6 bulan dari sekarang kita sudah mulai proyek ini. Kita mau ajak anak-anak muda Indonesia di bidang pertanian untuk ikut di situ," tambah Luhut.
Lalu apa alasan Luhut mengajak China masuk ke pertanaman padi di Kalteng? Mengingat, Indonesia dulu juga pernah berhasil mencapai swasembada beras.
"Padi ini sangat serius, selalu jadi masalah itu impor beras. 2 juta lah 1,5 juta lah. Kalau ini jalan, dan harus jalan, kita cuma minta produksi 4-5 ton, kalau di Kalteng bisa 400.000 hektare, sudah 2 juta ton. Sudah selesai masalah ketahanan pangan kita," kata Luhut.
"Kita jadi lumbung pangan, dan memang seharusnya demikian," tukasnya.
Swasembada Era SoehartoJika menoleh ke belakang, sebenarnya Indonesia bukan lah anak kemarin sore dalam hal pertanaman padi. Di zaman Orde Baru era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia berhasil mencetak swasembada beras.
Dalam catatan Tim Riset CNBC Indonesia, Soeharto mengawali masa pemerintahannya pada 1966 dan memprioritaskan sektor agraria dan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengarah ke revolusi pangan. Hal ini ditempuh karena kemiskinan dan kelangkaan pangan menjadi pemicu sekaligus pemantik munculnya krisis politik di Indonesia.
Sepanjang 1970-an hingga 1980-an dilakukan investasi besar-besaran untuk infrastruktur pertanian. Sejumlah waduk, bendungan, dan irigasi dibangun. Pada Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), swasembada pangan merupakan fokus tersendiri dalam rencana pembangunan yang dibuat oleh Soeharto.
Di dalam Pelita I Pertanian dan Irigasi dimasukkan sebagai satu bab tersendiri dalam rincian rencana bidang-bidang. Di dalam rincian penjelasan dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk peningkatan produksi pangan terutama beras. Juga banyak dikembangkan institusi-institusi yang mendukung pertanian, mulai dari koperasi yang melayani kebutuhan pokok petani dalam usaha agribisnisnya, Bulog yang menampung hasil dari petani, institusi penelitian seperti BPTP yang berkembang untuk menghasilkan inovasi untuk pengembangan pertanian.
Sarana penunjang seperti pupuk, diamankan dengan membangun pabrik-pabrik pupuk. Para petani dimodali dengan kemudahan memperoleh kredit bank. Pemasaran hasil panen mereka dijamin dengan kebijakan harga dasar dan pengadaan pangan. Diperkenalkan juga manajemen usaha tani, dimulai dari Panca Usaha Tani, Bimas, Operasi Khusus, dan Intensifikasi Khusus yang terbukti mampu meningkatkan produksi pangan, terutama beras.
Di era ini pula, Soeharto dinilai sukses memobilisasi masyarakat, terutama petani untuk bersama-sama meningkatkan produksi pertanian.
Program kerja pertanian Soeharto berbuah prestasi. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraria pengimpor beras terbesar pada 1966, mampu mencukupi kebutuhan pangan di dalam negeri melalui swasembada beras pada 1984. Pada 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras, sementara pada 1984, bisa mencapai 25,8 juta ton beras.
[-]
-
Mobil Listrik BYD Resmi Launching Hari Ini, RI Percepat Adopsi EV(dce/dce)
Sentimen: positif (100%)