Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UGM, Universitas Trisakti
Kab/Kota: Tangerang, Depok, Malang, Kebon Jeruk, Pegangsaan, Pegangsaan Dua
Tokoh Terkait
Cerita Warga Tinggalkan Jakarta: Semua Orang Kayak Emosian Aja
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Maria Miracellia Bo adalah salah satu warga luar kota yang sempat merasakan hidup di Jakarta. Dia merantau dari Malang, Jawa Timur, pada 2009, berkuliah S1 di Tangerang, Banten.
Mira lulus pada 2013, sempat bekerja di dua kantor berbeda di Jakarta. Kendati demikian, dia tidak memilih indekos di Jakarta, melainkan di Tangerang untuk menghemat biaya hidup.
Selain bekerja, Mira juga menamatkan S2 di salah satu kampus di Depok, Jawa Barat. Perempuan asal Malang itu baru benar-benar tinggal di Jakarta setelah menikah pada 2020.
Kala itu, dia dan suaminya tinggal di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Namun, cuma setahun mereka tinggal di sana. Setahun berselang, Mira dan suami sama-sama mendapatkan pekerjaan yang bisa dikerjakan dari jarak jauh.
Lantaran tak ada kebutuhan untuk berkantor di Jakarta, dia pun mengusulkan untuk pindah ke Bali. Suaminya setuju. Hitungan keuangan pun masuk. Mira dan suaminya bertahan di Bali hingga kini.
Mira meninggalkan Jakarta lantaran tiga hal, yakni macet, banjir, dan penuh kebisingan. "Di Jakarta itu, semua orang kayak emosian aja."
Sementara di Bali, menurutnya, orang-orangnya lebih santai. "Jadi pas keluar rumah berasanya lebih nyaman aja."
Banyak yang jenuh
Kendaraan terjebak macet di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa, 1 Agustus 2023.
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Arie Sujito bilang, banyak orang jenuh dengan Jakarta lantaran memiliki setumpuk masalah yang menjadi daya halau, atau sesuatu yang mendorong orang pergi.
Menurutnya, kejenuhan akan kota itu terjadi akibat dari gejala soal kerusakan ekologi, keamanan, banyak kasus kekerasan, kepengapan, polutan, dan sebagainya. "Selain kerja, orang juga butuh kenyamanan."
Belum lagi, perkembangan teknologi memungkinkan orang untuk bekerja dari jarak jauh. Selama ada jaringan internet yang memadai, pekerjaan bisa dikerjakan di mana saja.
Daya tarik Jakarta memudar
Warga berjalan melintasi banjir di kawasan Kelapa Hybrida Timur, Pegangsaan Dua, Jakarta Utara, Kamis, 29 Februari 2024. Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta sebanyak 36 ruas jalan di wilayah Ibu Kota terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi.
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai, biaya hidup di Jakarta menjadi faktor penting yang membuat daya tariknya memudar. Karena itu, banyak orang yang kini merasa tak perlu ngoyo di Jakarta dan lebih memilih bekerja di daerah asalnya, karena ogah mengorbankan kenyamanan.
Menurutnya, kendati hidup di kampung tak mewah, toh kebutuhan masih tetap terpenuhi. Apalagi, pembangunan infrastruktur sudah menyentuh daerah-daerah terpencil dan ekonomi desa bisa tumbuh secara mandiri tanpa dukungan kota, sehingga menciptakan berbagai peluang kerja.
"Kalau pertaruhannya terlalu besar, mereka lebih baik balik ke kota asal," kata dia, seperti dilansir dari BBC News Indonesia.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) DKI Jakarta memperkirakan terjadi penurunan pendatang baru setelah Lebaran 2024. Berdasarkan perkiraan. bakal ada 15.000—20.000 pendatang baru yang datang ke Jakarta.
Bila perkiraan Disdukcapil DKI Jakarta itu terwujud, maka angkanya turun bila dibandingkan dengan jumlah pendatang baru setelah Lebaran 2022 dan 2023. Kepala Disdukcapil DKI Jakarta Budi Awaluddin bilang, hal itu bisa terjadi karena usaha gencar yang dilakukan pihaknya dalam menyebar imbauan supaya orang-orang dari luar Jakarta tak nekat merantau tanpa ada jaminan tempat tinggal dan pekerjaan laik.***
Sentimen: positif (66.6%)