Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UGM, Universitas Trisakti
Kab/Kota: Tangerang, Depok, Malang, Kebon Jeruk, Pegangsaan, Pegangsaan Dua
Tokoh Terkait
Ogah Korbankan Kenyamanan, Banyak Orang Pilih Kerja di Daerah ketimbang Jakarta
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengungkapkan, biaya hidup di Jakarta menjadi faktor penting yang membuat daya tariknya menjadi pudar. Karena itu, banyak yang kini merasa tak perlu ngoyo di Jakarta, lebih memilih bekerja di daerah asalnya, karena enggan mengorbankan kenyamanan.
Menurutnya, kendati hidup di kampung tak mewah, toh kebutuhan masih tetap terpenuhi. Apalagi, pembangunan infrastruktur kini sudah menyentuh daerah-daerah terpencil dan ekonomi desa bisa tumbuh secara mandiri tanpa dukungan kota, sehingga menciptakan berbagai peluang kerja.
"Kalau pertaruhannya terlalu besar, mereka lebih baik balik ke kota asal," ucapnya menegaskan.
Sementara menurut sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Arie Sujito, banyak orang jenuh dengan Jakarta lantaran memiliki setumpuk masalah yang menjadi daya halau, atau sesuatu yang mendorong orang pergi.
Jenuh karena sejumlah persoalan
Warga berjalan melintasi banjir di kawasan Kelapa Hybrida Timur, Pegangsaan Dua, Jakarta Utara, Kamis, 29 Februari 2024. Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta sebanyak 36 ruas jalan di wilayah Ibu Kota terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi.
Arie bilang, kejenuhan akan kota itu terjadi akibat dari gejala soal kerusakan ekologi, keamanan, banyak kasus kekerasan, kepengapan, polutan, dan sebagainya. Pasalnya, selain bekerja, orang juga membutuhkan kenyamanan.
Belum lagi, perkembangan teknologi yang memungkinkan orang untuk bekerja dari jarak jauh. Selama ada jaringan internet yang memadai, pekerjaan bisa dikerjakan di mana saja.
Salah satu yang merasakan dampak dari kemudahan teknologi karena bisa bekerja di mana saja adalah Maria Miracellia Bo.
Mira adalah salah satu warga luar kota yang sempat merasakan kehidupan di Jakarta. Dia merantau dari Malang, Jawa Timur, pada 2009, berkuliah S1 di Tangerang, Banten.
Mira lulus pada 2013, sempat bekerja di dua kantor berbeda di Jakarta. Kendati demikian, dia tidak memilih indekos di Jakarta, melainkan di Tangerang untuk menghemat biaya hidup.
Selain bekerja, Mira juga menamatkan S2 di salah satu kampus di Depok, Jawa Barat. Perempuan asal Malang itu baru benar-benar tinggal di Jakarta setelah menikah pada 2020.
Macet, banjir, dan penuh kebisingan
Kendaraan terjebak macet di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa, 1 Agustus 2023.
Dia dan suaminya kala itu tinggal di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Namun, cuma setahun mereka tinggal di sana. Setahun berselang, Mira dan suami sama-sama mendapatkan pekerjaan yang bisa dikerjakan dari jarak jauh.
Lantara tak ada kebutuhan untuk berkantor di Jakarta, dia pun mengusulkan untuk pindah ke Bali. Suaminya setuju. Hitungan keuangan pun masuk. Mira dan suaminya bertahan di Bali hingga kini.
Mira meninggalkan Jakarta lantaran tiga hal, yakni macet, banjir, dan penuh kebisingan. "Di Jakarta itu, semua orang kayak emosian aja," ujarnya, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.
Sementara di Bali, menurutnya, orang-orangnya lebih santai. Sehingga, pas keluar rumah terasa lebih nyaman.***
Sentimen: positif (79.8%)