Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Katolik
Kab/Kota: Tuban, Blora, Semarang, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Blitar, Mojokerto, Nganjuk, Rembang, Gresik, Pasuruan, Pacitan, Demak, Jepara, Temanggung, Lumajang, Kudus, Trenggalek, Yogyakarta, Sleman, Madura, Solo, Banjarmasin, Sampit, Banjarbaru, Palangkaraya
Tokoh Terkait
Kerusakan di Sejumlah Daerah di Utara Jatim Akibat Gempa Tektonik Timur Laut Tuban
Tagar.id Jenis Media: Nasional
TAGAR.id – Gempa bumi tektonik dengan magnitude 6,5 yang terjadi pada Jumat (22/3/2024), berlokasi di laut pada jarak 114 km arah Timur Laut Tuban, Jawa Timur, di kedalaman 12 kilometer. Gempa yang tejadi beberapa kali dengan kekuatan yang hampir sama, merusakkan beberapa bangunan dan membuat panik masyarakat di hampir seluruh wilayah utara Jawa Timur. Eva Mazrieva dan Petrus Riski melaporkannya untuk VOA.
Gempa tektonik di timur laut Tuban pada Jumat (22/3/2024) siang hingga sore, menimbulkan sejumlah kerusakan pada bangunan di beberapa kota di Jawa Timur.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, Gatot Subroto, membenarkan adanya sejumlah bangunan yang rusak di Bawean, Gresik, Surabaya, dan Tuban saat gempa pertama terjadi. Gatot mengatakan, pihaknya masih melakukan pendataan dan koordinasi dengan daerah-daerah yang mengalami kerusakan bangunan akibat gempa.
“Pada saat awal kejadian di jam 11 tadi, jumlah kerusakan untuk di wilayah Bawean yang masuk wilayah Gresik, ada sebanyak enam rumah, serta ada dua sekolah yang rusak. Juga di Kota Surabaya ada satu rumah sakit yang rusak ringan. Dan di Tuban, ada satu rumah yang rusak berat,” jelasnya.
Hingga kini, belum ada informasi adanya korban jiwa akibat gempa ini, namun dilaporkan ada satu orang terluka akibat tertimpa material bangunan. Gatot mengatakan, sudah terjadi 26 kali gempa susulan hingga sore pukul 16.00 WIB, yang disebabkan oleh sesar aktif yang ada di wilayah utara Jawa.
“Kejadian yang hingga saat ini masih ada susulan-susulan kecil ini, dapat kita informasikan ini merupakan adalah kejadian yang disebabkan oleh sesar aktif yang ada di wilayah kepulauan Jawa. Dan tadi diinformasikan oleh teman-teman BMKG tidak menimbulkan Tsunami,” imbuhnya.
Dari informasi yang dihimpun VOA, gempa membuat panik sejumlah warga, khususnya yang berada di bangunan bertingkat. Puluhan mahasiswa di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya sempat dievakuasi keluar dari gedung.
Ilustrasi - Seorang ahli geologi melihat layar, membaca seismograf terkait gempa kuat yang mengguncang Sumatea di kantor Badan Meteorologi di Jakarta, 30 September 2009. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Supri)Ada pula sekolah dasar yang memgevskuasi para siswanya ke tengah lapangan sambil membunyikan sirene tanda peringatan. Sejumlah rumah, tempat perbelanjaan, dan rumah sakit juga melaporkan adanya kerusakan. Bahkan, pengurus Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya mengeluarkan pembatalan seluruh kegiatan peribadatan pada Jumat sore hingga Sabtu pagi, karena menemukan beberapa kerusakan pada banguan gereja.
Warga salah satu perumahan di Sidoarjo, Sotya Parasto juga merasakan goyangan gempa yang cukup lama, meski tidak ada laporan kerusakan bangunan di lingkungan tempat tingalnya. Dituturkan oleh Sotya, hewan peliharaannya sempat terlihat gelisah dan bersuara tidak biasa beberapa saat sebelum gempa terjadi.
“Gempa pertama itu, anjingku itu sebenarnya sudah kayak panik gitu, jadi mereka sembunyi di bawah sofa, kayak gonggong-gonggong gak jelas gitu loh kayak panik, itu gempa pertama, tetangga-tetangga pada keluar rumah. Gempa kedua jam empat (sore), beberapa menit sebelum gempa itu kejadian anjingku itu melolong-lolong, panik kemudian mereka sembunyi di bawah meja. Gempannya keras banget, aku melihat cerminku itu, cermin gantung itu goyang-goyang, lampu goyang-goyang juga, tadi itu banyak pot-pot terguling,” jelasnya.
Sementara itu, melalui keterangan tertulis, pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo, menyebut gempa tektonik akibat sesar aktif ini merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Pergeseran dan tekanan dari dua permukaan laut Jawa ini menimbulkan getaran dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) III-IV. Intensitas itu dapat mengakibatkan guncangan dan retakan pada daerah permukaan.
Amien mengingatkan keterangan Pusat Studi Gempa Nasional terkait adanya 295 sesar aktif di Indonesia yang berpotensi menimbulkan gempa, yang katanya harus dapat diantisipasi pemerintah daerah dengan melakukan pemeriksaan kondisi bangunan, permukaan, dan sejenisnya. Masyarakat pun diimbau mempersiapkan diri bila terjadi gempa susulan.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan gempa yang ketiga yang terjadi dalam empat jam terakhir, dirasakan di Blora, Surabaya, Mojokerto, Malang, Lumajang, Nganjuk, Yogyakarta, Pasuruan, Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Semarang, Pacitan, Trenggalek, Blitar, Solo, Sleman, Kulonprogo, Kebuman, Temanggung, Madura, dan Gresik.
Gempa juga dirasakan di kota-kota lain di luar Pulau Jawa, antara lain Banjarbaru, Sampit, Banjarmasin, Martapura, Balikpapan, dan Palangkaraya.
Sebelumnya pada sekitar pukul 11.22 WIB juga telah terjadi gempa berkekuatan 6, disusul gempa lain sekitar pukul 12.30 WIB dengan kekuatan 5,3. (pr,em/lt)/voaindonesia.com. []
Sentimen: negatif (100%)