Sentimen
Negatif (99%)
17 Mar 2024 : 17.03
Informasi Tambahan

Grup Musik: BTS

Kab/Kota: Kemayoran

Penjelasan BMKG Soal Gempa Megathrust Lumpuhkan Jakarta, Benarkah Bikin Luluh Lantak Ibu Kota?

18 Mar 2024 : 00.03 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Penjelasan BMKG Soal Gempa Megathrust Lumpuhkan Jakarta, Benarkah Bikin Luluh Lantak Ibu Kota?

PIKIRAN RAKYAT - Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) angkat bicara soal video yang viral di media sosial TikTok. Dalam video, muncul narasi gempa megathrust lumpuhkan Jakarta.

Terkait hal ini, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan video tersebut sudah dimanipulasi. Tak benar jika Jakarta akan lumpuh karena gempa megathrust.

Menurut Dwikorita, video tersebut dipenggal oleh orang yang tidak bertanggungjawab sehingga dapat dimaknai berbeda. Tujuannya untuk meresahkan masyarakat.

Menurutnya, narasi dalam video gempa megatrhust lumpuhkan Jakarta berasal dari rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI pada Kamis 14 Maret 2024.

"Saya tengah memberi penjelasan kepada anggota dewan mengenai alasan perlunya pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTEWS) di Bali," ucap Dwikorita dalam keterangan resmi Sabtu 16 Maret 2024.

Dwikorita menyatakan lumpuh yang dimaksud bukannya membuat Jakarta tak bisa digunakan. Melainkan terputusnya jaringan komunikasi yang disebabkan rusaknya berbagai infrastruktur komunikasi seperti Base Transceiver Station (BTS) akibat gempa megathrust.

Hal inilah yang coba diantisipasi BMKG dengan membangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTEWS) sebagai fungsi back up/cadangan di Bali, meskipun di Jakarta sudah ada.

Fungsi InaTEWS

Dengan adanya gedung InaTEWS di Bali, Dwikorita berharap itu menjadi bagian dari mitigasi dan manajemen risiko dalam kondisi darurat apabila sewaktu-waktu operasional InaTEWS di Kemayoran Jakarta mengalami kelumpuhan. Hal ini didasarkan pada skenario terburuk yaitu jika gempa terjadi di lepas pantai Samudra Hindia pada jarak kurang lebih dari 250 kilometer dari tepi pantai.

Dalam skenario terburuk, Dwikorita menjelaskan ada kemungkinan terjadi gempa megathrust berkekuatan M 8.7. Dampak bencana ini diperkirakan mampu melumpuhkan operasional InaTEWS BMKG di Jakarta.

"Maka sebagai upaya Manajemen Risiko demi keberlanjutan operasional sistem Peringatan Dini, Gedung Operasional InaTEWS yang lama perlu dibangun kembali dengan standar bangunan tahan gempa dan tahan likuifaksi. Bangunan yang saat ini ditempati merupakan bekas Gedung Bandara Kemayoran yang dibangun di tahun 1980 an," ujarnya.

Sedangkan untuk yang di Bali, Gedung InaTEWS diharapkan dibangun dengan standar tahan gempa. Sehingga bisa menjadi cadangan jika gedung di Kemayoran lumpuh.***

 

Sentimen: negatif (99.8%)