Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Katolik
Event: Muktamar Muhammadiyah ke-48
Kab/Kota: Yogyakarta
Kasus: covid-19, korupsi
Tokoh Terkait
Jusuf Kalla
Hilman Latief
Ignatius Kardinal Suharyo
Asa Kardinal Suharyo untuk Muhammadiyah, Bantu Atasi Korupsi
Kompas.com Jenis Media: Nasional
AUDITORIUM Perpustakaan Nasional, Senin (4/3/2024) malam, begitu ramai. Sejumlah elite negeri hadir merayakan Milad ke-66, Prof Dr KH Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Milad terasa istimewa karena dirayakan dengan peluncuran buku yang berisi testimoni 27 penulis mengenai kiprah dan sosok Haedar Nashir. Buku itu diberi judul “Jalan Baru – Moderasi Beragama”.
Dok. PP Muhammadiyah Menkopolhukam Mahfud MD (kiri) bersama Ketua Umum PP Mihammadiyah Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (3/4/2023).Saya sendiri diminta Fajar Riza Ul Haq, kader Muhammadiyah, untuk memberikan refleksi soal sosok Buya Haedar.Haedar terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, Sulawesi Selatan, dan terpilih lagi untuk periode 2022-2027.
Penerbitan buku otobiografi itu sejatinya kurang disetujui Haedar. “Saya kurang setuju dengan otobiografi,” ujar Haedar, Senin malam itu.
Namun, Haedar tak bisa mengelak saat Fajar Riza Ul Haq dari Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis PP Muhammadiyah menyodorkan draf buku siap cetak yang berisi testimoni para sahabat Haedar Nashir.
Hadir dalam peluncuran buku itu Kepala Polri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Sekretaris Umum PP Muhamadiyah Abdul Mukti, Wakil Presiden (2004-2009) dan (2014-2019) Jusuf Kalla, Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharto, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia Mgr Antonius Benjamin, dan sejumlah kader Muhammadiyah.
Saat membahas buku bersama Jusuf Kalla, Susi Pudjiastuti, dan Abdul Mukti, Kardinal Suharyo mengapresiasi transformasi Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Haedar, sosok yang awalnya bercita-cita menjadi lurah.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Misa pertama Malam Paskah dipimpin Uskup Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo di Gereja Katedral Jakarta, Sabtu (11/4/2020). Untuk memutus penyebaran wabah Covid-19, Umat Katolik menjalani pekan Tri Hari Suci secara daring melalui siaran televisi maupun streaming.Kardinal menaruh asa kepada Haedar dan Muhammadiyah, setelah mampu mentransformasikan organisasi Muhammadiyah, untuk juga membantu mentransformasikan bangsa ini dari penyakit korupsi dan mentransformasikan bangsa dari penyakit kebohongan di era post-truth (pascakebenaran) yang melanda bangsa ini.Kardinal mengutip filsuf Rene Decartes (1596-1650), cogito ergo sum atau “aku berpikir maka aku ada.” Kini, yang terjadi di bangsa ini malah, “aku berbohong, maka aku ada.”
“Kami berharap Muhammadiyah ikut membantu mentransformasikan bangsa dari penyakit bangsa, korupsi dan kebohongan,” ucapnya. Kebohongan memang menjadi catatan besar bangsa ini.
Buku Jalan Tengah banyak menyoroti sikap moderat Haedar dalam menghadapi tantangan keagamaan.
Seperti Hilman Latief yang menulis, “Menata Ideologi Gerakan Muhammadiyah dengan Jurnalisme Intelektual."
Atau tulisan Ahmad Najib Burhani dan Muhammad Nur Prabowo Setyabudi tentang "Penjaga Gawang Ideologi Muhamadiyah", atau Sudhamek AWK yang menulis, "Soekarno, Muhammadiyah dan Pancasila.”
Dalam sejumlah wawancara saya di kanal YouTube Backtobdm, ditemui hal serupa, korupsi adalah penyakit komorbid bangsa ini. Saat saya bertanya pada aktivis hak asasi manusia Usman Hamid tentang masalah besar bangsa ini, Usman menjawab pendek: korupsi!
Sentimen: negatif (66.5%)