PIKIRAN RAKYAT - Sebagian besar penghitungan suara Pemilu 2024 telah selesai dilakukan di beberapa kabupaten/kota se-Jawa Barat.

Terkait hal ini, Ketua DPD Golkar Jawa Barat, Ace Hasan mengklaim partainyalah yang menjadi juara di tingkat DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

"Dari laporan yang kami terima dari para ketua DPD Kabupaten/Kota, alhamdulillah Partai Golkar Provinsi Jawa Barat menjadi juara di dalam Pemilu 2024. Laporan tersebut tentu dirinci dari tingkat DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota," ucap Ace pada rapat bersama DPD Golkar Jawa Barat bersama para pengurus DPD kota/kabupaten se-Jabar dalam rangka mendengarkan laporan terkait dengan hasil rekapitulasi perhitungan suara Pemilu 2024, Rabu, 6 Maret 2023.

Di DPR contohnya, Golkar mendapat kursi tambahan sebanyak 4, sehingga total keseluruhan menjadi 18 kursi.

Kenaikan yang sama juga dialami untuk pemilihan DPRD Jabar. Partai Golkar mendapatkan jatah 20 kursi.

Untuk tingkat DPRD kabupaten/kota, kata Ace, Partai Golkar mengalami kenaikan yang signifikan di 16 daerah.

"Kenaikan itu beragam, ada yang 100 persen, ada yang 80 persen, ada yang 50 persen, ada yang 20 persen. Pada prinsipnya ada 3 kabupaten/kota yang memang dari awal sudah dikuasai oleh Partai Golkar yaitu seperti Garut, Kota Banjar dan Indramayu," ucapnya.

Berdasarkan opini dari Firman Manan, Dosen Ilmu Politik Unpad, terdapat beberapa faktor potensial yang menyebabkan pemilih pindah hati ke Golkar.

Pertama, faktor cleavage sosial (Best, 2011; Evans & Tilley, 2012). Cleavage sosial adalah pembelahan dalam masyarakat yang dapat terefleksikan dalam sistem kepartaian. Apabila relasi cleavage sosial dan sistem kepartaian kuat, tingkat volatilitas cenderung rendah.

Kedua, faktor kedekatan ideologis terhadap partai (Dalton, 2013; Dassonneville, 2015). Apabila warga mempunyai kedekatan ideologis yang tinggi dengan partai maka tingkat volatilitas cenderung rendah, sebaliknya apabila kedekatan ideologis warga dengan partai rendah maka tingkat volatilitas cenderung tinggi.

Ketiga, faktor institusional (Bischoff, 2013; Powell & Tucker, 2014). Salah satu faktor institusional yang mempengaruhi tingkat volatilitas adalah sistem pemilu proporsional terbuka.

Keempat, faktor politik dominasi personal (Chung, 1996). Personalitas terjadi apabila partai kurang memiliki basis ideologis, sehingga kompetisi elektoral terjadi antara partai politik yang didominasi oleh personalitas. Sebagaimana dijelaskan di atas, basis ideologis partai di Jabar cenderung lemah.

Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Tubagus Ace Hasan Syadzily menilai, tingginya hasil suara Golkar di Jawa Barat dapat menjadi kesempatan emas bagi Ridwan Kamil di Pilkada 2024.

"Alhamdulillah Partai Golkar di Jabar menjadi partai papan teratas sekarang dan harus disempurnakan kemenangan Partai Golkar ini dengan pemilihan kepala daerah di Jabar. Jadi Kang Emil kita harapkan bersedia kembali untuk menjadi calon kepala daerah di Provinsi Jawa Barat," katanya.

Akan tetapi, Ace pun menghormati keputusan Partai Golkar yang sudah merekomendasikan Ridwan Kamil dan Bupati Tangerang dua periode 2013-2023, Ahmed Zaki Iskandar, untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2024.

"Momentum Pilkada itu sangat penting bagi kemenangan politik Partai Golkar dan tentu DKI Jakarta bagi Partai Golkar masih sangat penting sebagai pusat ekonomi. Kalau pun nanti akan pindah ibu kota-nya ke IKN tapi kami meyakini bahwa DKI Jakarta merupakan pusat ekonomi yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucapnya.***