Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Indonesia
Kasus: HAM
Tokoh Terkait
Pakar Sebut 85 Persen Kanker Paru Berkaitan Kebiasaan Merokok
SuaraSurabaya.net Jenis Media: News
Prof Tjandra Yoga Aditama Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) mengatakan, deteksi dini terhadap penyakit kanker dapat membantu metode pengobatan yang tepat.
“Kanker paru sering kali ditemukan sudah terlambat, ketika penyakit sudah lanjut sehingga kemungkinan pengobatan sudah amat terbatas,” kata Tjandra dilansir Antara pada Minggu (25/2/2024).
Ia mengatakan, secara umum ada dua jenis kanker paru yaitu golongan yang bukan sel kecil atau Non-Small Cell Carcinoma (NSCLC) dan kanker paru jenis sel kecil atau Small Cell Carcinoma (SCLC).
“NSCLC lebih sering dijumpai dan tumbuh relatif lebih lambat, sementara SCLC lebih jarang ditemui tetapi tumbuhnya lebih cepat,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, skrining terhadap kemungkinan kanker paru menjadi sangat penting. Khususnya pada mereka dengan risiko tinggi dan skrining akan memungkinkan deteksi dini dan akan sangat memperbaiki hasil pengobatan.
Di Indonesia skrining terhadap kanker paru dapat dijumpai masyarakat di berbagai fasilitas kesehatan, salah satunya puskesmas.
Layanan deteksi dini tersebut dikhususkan untuk empat jenis kanker utama yakni kanker payudara dan kanker serviks pada wanita, serta kanker paru-paru, dan kanker usus yang kasusnya banyak ditemui pada pria.
Tjandra mengatakan, kanker paru adalah penyebab kematian penting akibat kanker di dunia. International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa di dunia ada sekitar 1,8 juta kematian per tahun akibat kanker paru.
“Menurut WHO sekitar 85 persen kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok,” katanya.
Secara umum hal lebih rinci tentang kanker paru antara lain gejala batuk yang tidak sembuh-sembuh, nyeri dada, sesak napas, badan lemah, batuk darah, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta infeksi paru yang kerap berulang.
“Pencegahan terbaik adalah berhenti merokok. Juga menghindari paparan asap rokok pasif, polusi udara, serta polusi di tempat kerja seperti bahan kimia dan asbestos,” ujarnya.
Cara mendiagnosis kanker paru meliputi pemeriksaan fisik, imaging (seperti foto rontgen, CT scan, dan MRI), pemeriksaan ke dalam saluran napas di paru dengan alat bronkoskopi, pengambilan sebagian kecil jaringan paru (biopsi), dan tes molekuler untuk identifikasi mutasi genetik atau biomarker untuk memandu opsi terapi terbaik.
“Pengobatan pada dasarnya bergantung kepada jenis kankernya, seberapa luas sudah menyebar dan riwayat medik pasiennya. Pilihan pengobatan meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi,” katanya.
Selain itu juga diperlukan perawatan dukungan untuk menangani gejala, mengatasi nyeri, dan memberi dukungan emosional. (ant/saf/ham)
Sentimen: negatif (100%)