Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Ramadhan
Kab/Kota: Semarang
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Kebijakan Bansos Ugal-ugalan Dinilai Jadi Penyebab Beras Mahal Sabtu, 24/02/2024, 08:20 WIB
Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Netty Prasetiyani Aher menyoroti kelangkaan hingga mahalnya harga beras menjelang event dari Ramadan. Dirinya mengatakan hal ini sangat mengkhawatirkan, khususnya untuk orang tua di Indonesia.
"Kondisi ini mengkhawatirkan karena dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap bahan pokok. Padahal sebentar lagi kita memasuki bulan suci Ramadan dan Idulfitri di mana kebutuhan akan bahan pokok meningkat,” kata Netty, dilansir Sabtu (24/2).
Baca Juga: Sentil Pemerintah, Cak Imin Sebut Bansos Belum Mampu Stabilkan Harga Beras: Rakyat Bisa Gelap Mata
Netty tidak sependapat dengan pemerintah yang menyebut langka dan mahalnya beras karena perubahan cuaca yang membuat hasil panen turun. Justru menurutnya hal ini gegara kebijakan bansos yang tidak efisien.
"Alasan adanya El Nino dan gagal panen bukanlah faktor tunggal yang membuat beras menjadi langka dan mahal. Kebijakan bansos yang ugal-ugalan tanpa memikirkan ketersediaan pasokan juga menjadi faktor penyebab beras langka,” katanya.
Menurutnya, pemerintah harus mengakui kejanggalan penyaluran bansos kali ini mengingat momentumnya yang terjadi jelang ajang dari Pemilu 2024.
"Bansos jor-joran ini tidak urgen sebagaimana zaman Covid-19. Anehnya lagi, bansos jelang pemilu kemarin lebih sering dan lebih banyak ketimbang pada masa pandemi. Pemerintah harus berani mengakui dan mengevaluasi kebijakan tersebut,” tambahnya.
Oleh sebab itu, Netty meminta pemerintah melakukan langkah-langkah penanggulangan dengan aksi nyata daripada sibuk klarifikasi soal bansos dan kelangkaan beras.
Baca Juga: Wali Kota Semarang Tekan Kenaikan Harga Beras Jelang Ramadhan
"Tanggung jawab negara untuk menyediakan bahan pangan murah dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Segera atasi kelangkaan dan kemahalan ini dengan cara-cara efektif, seperti operasi pasar dan kontrol distribusi. Pastikan tidak ada kelompok yang bermain di air keruh, misalnya, adanya penimbunan guna mengeruk keuntungan," tandasnya.
Baca Juga: Industri Perkebunan Berpegang Teguh Pada Konsep Bisnis Berkelanjutan
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Sentimen: negatif (99.6%)