Sentimen
Negatif (80%)
23 Feb 2024 : 08.10
Informasi Tambahan

Institusi: UIN

Tokoh Terkait
Arifin

Arifin

Kala aktivis keagamaan ikut bersuara soal krisis lingkungan

23 Feb 2024 : 15.10 Views 1

Alinea.id Alinea.id Jenis Media: News

Kala aktivis keagamaan ikut bersuara soal krisis lingkungan

"Tidak boleh putus asa. Kelompok agama adalah kelompok terbesar untuk perubahan," ucapnya.

Sementara itu, perwakilan Kedubes Belanda, Edwin Arifin, menyatakan, kegiatan ini bertujuan membangun jejaring dalam menggerakan umat beragama untuk melakukan aksi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.

"Kami senang dengan komitmen komunitas agama di Indonesia yang memang sudah lama terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan," ujarnya.

Dewan Penasihat PPIM UIN Jakarta, Ismatu Ropi, melanjutkan, pihaknya berharap kerja sama yang lebih solid di antara beberapa lembaga. Pun mendorong peningkatan pertemuan secara berkala guna meningkatkan pemahaman demi upaya bersama ini.

Lima seruan

Lebih jauh, Didin menerangkan, setidaknya diskusi terarah menghasilkan lima poin seruan bersama. Pertama, komitmen peningkatan kualitas lingkungan hidup.

"Kami mendesak pemerintah untuk terus-menerus mengedukasi publik dalam pemeliharaan lingkungan dan berkomitmen melakukan penanganan berbagai masalah lingkungan hidup dan bencana ekologi, terutama terkait dampak perubahan iklim, emisi, deforestasi, serta manajemen sampah dan limbah," tuturnya.

Kedua, pencegahan terhadap kejahatan lingkungan dan penegakan hukum. Ia berpendapat, pemerintah harus konsisten mencegah dan menindak keras para pelaku kejahatan lingkungan yang menghancurkan ekosistem dan kebudayaan, mengganggu kesehatan masyarakat, merugikan negara, serta menghilangkan moral dan spiritualitas terhadap lingkungan hidup.

Lalu, pengarusutamaan pengurangan risiko bencana oleh pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan melalui pencegahan, mitigasi, dan adaptasi. Keempat, mendorong revitalisasi nilai-nilai keagamaan, kepercayaan, dan kearifan lokal.

"Mendesak pemerintah untuk membuat regulasi yang pro lingkungan hidup serta mengakui dan menjadikan kekuatan tradisi agama, kepercayaan, dan kearifan lokal sebagai pilar moral dan etika dalam penanganan masalah lingkungan hidup dan bencana ekologi, ulasnya.

Terakhir, mendorong terbangunnya kerja sama pemerintah dan masyarakat. Dalam konteks penanganan berbagai masalah lingkungan hidup dan bencana ekologi, terang Didin, "Kita harus menggali pemahaman mendalam tentang kesejatian tradisi agama-agama, kepercayaan, dan kearifan lokal untuk membangun kesadaran lingkungan yang berlandaskan pada kemaslahatan bersama."

"Aktivis lingkungan hidup berbasis agama, kepercayaan, dan kearifan lokal meyakini bahwa komitmen ini tidak hanya menjadi fondasi, tetapi juga pendorong kuat untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan dan seimbang di Indonesia," sambungnya.

Sentimen: negatif (80%)