Sentimen
Positif (72%)
19 Feb 2024 : 21.41
Informasi Tambahan

Event: vaksinasi

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait
Ngabila Salama

Ngabila Salama

Dinkes DKI Pastikan COVID-19 Arcturus Belum Ditemukan di Jakarta

19 Feb 2024 : 21.41 Views 1

Tirto.id Tirto.id Jenis Media: News

Dinkes DKI Pastikan COVID-19 Arcturus Belum Ditemukan di Jakarta
tirto.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta memastikan belum ada temuan subvarian baru Omicron XBB 1.16 atau varian Arcturus di DKI Jakarta. Varian itu disebut menjadi penyebab lonjakan kasus COVID-19 di India.

“Dari hasil pemeriksaan genome sequencing yang rutin dilakukan, belum ditemukan XBB.1.16.,” kata Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama melalui pesan singkat yang diterima reporter Tirto, Kamis (30/3/2023).

Ngabila mengklaim situasi COVID-19 di DKI Jakarta sangat terkendali. Masyarakat diminta agar tidak panik terhadap varian baru tersebut.

“Walaupun ada kenaikan kasus, tidak disertai kenaikan kematian dan perawatan di rumah sakit. Ini tanda COVID-19 terkendali,” ujar Ngabila.


Meski begitu, Ngabila mengingatkan potensi longcovid yang tidak boleh diremehkan. Ia menyatakan agar masyarakat terus melakukan upaya pencegahan penyakit menular tersebut.

“Dengan memakai masker di tempat sangat ramai, transportasi publik, dan jika sedang sakit. Hindari bertemu orang yang sedang sakit,” sambungnya.


Selain itu, Ngabila mengatakan vaksinasi efektif dalam mencegah kasus kematian akibat COVID-19. Ia menyarankan untuk masyarakat berusia 18 tahun ke atas segera mendapatkan vaksinasi dosis keemat atau dosis booster kedua.

“Selagi ada dan gratis. Saat ini merk vaksin yang tersedia adalah pfizer, inavac, indovac,” kata Ngabila.

Dikutip dari Antara, varian Arcturus pertama kali diidentifikasi di India dalam dua sampel yang diambil pada Januari 2023, lalu terdapat pada 59 sampel yang ditemukan pada Februari. Sedangkan pada Maret, varian tersebut juga ditemukan dalam 15 sampel.

India disebut sebagai negara dengan kasus varian Arcturus terbanyak. Varian ini disinyalir menjadi penyebab peningkatan kasus COVID-19 di negara tersebut.

Sentimen: positif (72.7%)