Sentimen
Negatif (78%)
19 Feb 2024 : 02.22
Informasi Tambahan

BUMN: Perum BULOG

Hewan: Ayam

Partai Terkait
Tokoh Terkait

PKS: Bansos Jor-Joran Jadi Sebab Harga Beras Mahal, Amburadul! Senin, 19/02/2024, 02:22 WIB

Wartaekonomi.co.id Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News

19 Feb 2024 : 02.22
PKS: Bansos Jor-Joran Jadi Sebab Harga Beras Mahal, Amburadul!
Senin, 19/02/2024, 02:22 WIB
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota Komisi XI DPR RI Hidayatullah menilai kebijakan pemerintah yang melakukan jor-joran bansos beras diduga menjadi salah satu penyebab harga beras mahal dan stok langka di pasaran.

Menurutnya, berdasarkan data BPS, faktor inflasi komoditas makanan adalah penyumbang inflasi terbesar.

"Peranan komoditas makanan mencapai 74,21 persen, sementara non makanan hanya sebesar 25,75 persen (Maret 2023), pemerintah harus segera mengatasi, apalagi disinyalir jor-joran bansos beras juga merupakan penyebab beras langka," kata Hidayat.

Ia menambahkan saat ini rakyat banyak mengeluh harga makanan terus melonjak naik, masalah ini terkait tata kelola yang masih semrawut kemudian data pangan yang tidak akurat hingga insentif bagi petani berkurang.

"Terbukti beras produksi Indonesia menjadi yang termahal di antara negara produsen beras," pungkasnya.

Hidayatullah menyebut berdasarkan data BPS beberapa komoditas yang perlu diwaspadai kenaikan harganya adalah cabai merah, beras, dan daging ayam ras.

"Karena kenaikan harga harga tersebut akan berpotensi menjadi penyumbang inflasi Februari 2024, tentu pemerintah tidak boleh tinggal diam karena yang terdampak adalah rakyat,” katanya.

Ia juga mengungkapkan faktor harga beras yang tinggi saat ini disebabkan dominansi pasar beras di dalam negeri dikuasai oleh sekelompok konglomerat, yang semestinya dikuasai oleh negara lewat Perum Bulog.

"Selain karena masalah keterbatasan pasokan, juga tata kelola beras selama ini masih amburadul," ujarnya.

Baca Juga: Sekda Bali Minta TPID Antisipasi Inflasi Jelang Hari Raya

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Sentimen: negatif (78%)