Gizi Buruk dan Stunting, Apa Perbedaannya?
Medcom.id Jenis Media: News
Jakarta: Gizi buruk dinilai berbeda dengan stunting. Penyebab utama gizi buruk adalah kekurangan asupan makanan bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak. "Selain itu, gizi buruk juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC," ujar Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA), Vera Galuh Sugijanto dalam keterangan tertulis, Kamis, 15 Februari 2024. Dia menjelaskan balita yang terkena gizi kurang dan gizi buruk dapat mengalami stunting bila tak segera diintervensi dengan adekuat. Orang tua, kata dia, juga harus memantau tumbuh kembang anak, khususnya dari tinggi dan berat badan. Orang tua bisa memeriksakan anak secara berkala ke pelayanan kesehatan yang terjangkau, seperti Posyandu. Dengan memeriksakan anak, ibu akan lebih mudah mengetahui gejala awal gangguan dan penanganan masalah kesehatan pada anak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, indikator stunting terdiri dari anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya, dan perrtumbuhan tulang tertunda Indikator gizi kurang/gizi buruk, ditandai dengan tubuh anak tampak sangat kurus, wajah keriput, kulit kering, perut tampak buncit, sering lemas dan tidak aktif bermain, gangguan tumbuh kembang, rambut mudah rontok dan tampak kusam, dan pembengkakan (edema) di tungkai. "Gizi buruk berbeda dengan stunting," ucap dia. Ciri Gizi Buruk dan Stunting Dia menyampaikan gizi buruk ditandai dengan badan anak yang terlalu kurus dibandingkan tinggi badannya. Sedangkan, stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Namun, keduanya sama-sama bermula dari defisiensi nutrisi. Stunting disebabkan defisiensi nutrisi yang terjadi dalam jangka waktu lama atau berulang di 1000 hari pertama kehidupan anak. Penanganan stunting harus dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupan tersebut, dan pencegahan sejak dalam kandungan. Sedangkan, penyebab gizi buruk terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang baik berapapun usianya. Untuk mengatasi defisiensi nutrisi dan mencegah stunting, Kementerian Kesehatan, telah mengampanyekan protein hewani cegah stunting sejak 2023. “Perlu diketahui protein hewani adalah salah satu instrumen gizi penting yang dibutuhkan ibu hamil guna mencegah stunting pada anak, hal ini dikarenakan pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein, mineral, dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan,” ucap Vera. Pencegahan Stunting Vera menambahkan selain pemberian protein hewani, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak. Di antaranya, mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, dengan rutin minum tablet tambah darah dan mengonsumsi gizi seimbang kaya protein hewani selama kehamilan. Kemudian, memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan MPASI yang kaya protein hewani untuk bayi usia diatas 6 bulan, terus memantau perkembangan anak dan membawa anak ke Posyandu secara berkala, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dia menegaskan masalah stunting tidak bisa dianggap sebelah mata. Sebab, berpotensi memperlambat perkembangan otak anak dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi. Visi Generasi Emas Vera mengatakan pihaknya akan terus mendukung pemenuhan gizi di Indonesia untuk mencapai visi Generasi Emas 2045. Generasi emas ini akan menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia menjadi bangsa besar dan maju di 2045. Menurut dia, semua pasti menyadari dan mengalami betapa pencapaian visi ini mengalami tantangan yang luar biasa dan sangat tidak mudah. Sehingga, masyarakat harus berupaya mendukung pertumbuhan manusia Indonesia menjadi seutuhnya. "Dan itu membutuhkan persyaratan, salah satunya pemenuhan gizi yang optimal pada anak," ujar dia.
Jakarta: Gizi buruk dinilai berbeda dengan stunting. Penyebab utama gizi buruk adalah kekurangan asupan makanan bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak."Selain itu, gizi buruk juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC," ujar Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA), Vera Galuh Sugijanto dalam keterangan tertulis, Kamis, 15 Februari 2024.
Dia menjelaskan balita yang terkena gizi kurang dan gizi buruk dapat mengalami stunting bila tak segera diintervensi dengan adekuat.
Orang tua, kata dia, juga harus memantau tumbuh kembang anak, khususnya dari tinggi dan berat badan. Orang tua bisa memeriksakan anak secara berkala ke pelayanan kesehatan yang terjangkau, seperti Posyandu.
Dengan memeriksakan anak, ibu akan lebih mudah mengetahui gejala awal gangguan dan penanganan masalah kesehatan pada anak.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, indikator stunting terdiri dari anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya, dan perrtumbuhan tulang tertunda
Indikator gizi kurang/gizi buruk, ditandai dengan tubuh anak tampak sangat kurus, wajah keriput, kulit kering, perut tampak buncit, sering lemas dan tidak aktif bermain, gangguan tumbuh kembang, rambut mudah rontok dan tampak kusam, dan pembengkakan (edema) di tungkai.
"Gizi buruk berbeda dengan stunting," ucap dia. Ciri Gizi Buruk dan Stunting Dia menyampaikan gizi buruk ditandai dengan badan anak yang terlalu kurus dibandingkan tinggi badannya. Sedangkan, stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Namun, keduanya sama-sama bermula dari defisiensi nutrisi.
Stunting disebabkan defisiensi nutrisi yang terjadi dalam jangka waktu lama atau berulang di 1000 hari pertama kehidupan anak. Penanganan stunting harus dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupan tersebut, dan pencegahan sejak dalam kandungan.
Sedangkan, penyebab gizi buruk terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang baik berapapun usianya.
Untuk mengatasi defisiensi nutrisi dan mencegah stunting, Kementerian Kesehatan, telah mengampanyekan protein hewani cegah stunting sejak 2023.
“Perlu diketahui protein hewani adalah salah satu instrumen gizi penting yang dibutuhkan ibu hamil guna mencegah stunting pada anak, hal ini dikarenakan pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein, mineral, dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan,” ucap Vera. Pencegahan Stunting Vera menambahkan selain pemberian protein hewani, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak. Di antaranya, mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, dengan rutin minum tablet tambah darah dan mengonsumsi gizi seimbang kaya protein hewani selama kehamilan.
Kemudian, memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan MPASI yang kaya protein hewani untuk bayi usia diatas 6 bulan, terus memantau perkembangan anak dan membawa anak ke Posyandu secara berkala, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dia menegaskan masalah stunting tidak bisa dianggap sebelah mata. Sebab, berpotensi memperlambat perkembangan otak anak dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi. Visi Generasi Emas Vera mengatakan pihaknya akan terus mendukung pemenuhan gizi di Indonesia untuk mencapai visi Generasi Emas 2045. Generasi emas ini akan menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia menjadi bangsa besar dan maju di 2045.
Menurut dia, semua pasti menyadari dan mengalami betapa pencapaian visi ini mengalami tantangan yang luar biasa dan sangat tidak mudah. Sehingga, masyarakat harus berupaya mendukung pertumbuhan manusia Indonesia menjadi seutuhnya.
"Dan itu membutuhkan persyaratan, salah satunya pemenuhan gizi yang optimal pada anak," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(AZF)
Sentimen: negatif (97%)